Artikel

What Do You Think, Guys? Sebuah Reaksi Bernalar Tinggi Anak Unggulan
Dr. Elvy Usmirawati, Dipl. TESOL, M.Pd, Guru Bahasa Inggris SMAN Unggulan MH. Thamrin

Tak ada yg terjadi di atas bumi ini kecuali atas izin Allah 

Berjalan beriringan dengan kepesatan kecanggihan teknologi komunikasi, kemampuan berpikir kompleks (baca: Higher Order Thinking Skills) merasa ditantang tiada henti. Laju digitalisasi merangsang sel-sel kreativitas untuk terus meremaja, mengikuti dunianya. Upsss……mari belajar peka.

Yuks, merenung sesaat….

Indonesia, turut merasakan dahsyatnya wabah (peningkatan jumlah kasus penyakit secara signifikan di suatu wilayah pada periode waktu tertentu) dan epidemik (penyebaran wabah capai wilayah geografis lebih luas) yang berubah menjadi pandemik (penyebaran epidemik sampai ke negara-negara lain melalui penularan lokal dan timbulkan wabah di negara tersebut) yakni pandemik Covid-19 (WHO, 11 Maret 2020). Seluruh sendi kehidupan tak ada yang tak terjamah termasuk ruang hidup kita selama ini; ruang kelas.

Sekali lagi, Covid-19 ini memurnikan kerja jiwa; lurus dalam berpikir dan bertindak, dan raga; komitmen pada kebersihan fisik. Ia juga mampu menggertak spekulasi berpikir manusia selama ini yang cenderung pada sesuatu yang kasat mata. Tak pelak, ruang berpikir manusia digiring pada “invisible thing” yang juga ciptaan Maha Pencipta. Ibrah dari semua ini adalah kembalinya manusia pada tujuan penciptaannya di dunia ini. Kemampuan bernalar tingkat tinggi dipaksa hadir untuk mampu membaca sesuatu dibalik semuanya. Pesannya adalah jangan pernah tinggalkan bumi ini tanpa jejak. Beri masa depan dengan pelajaran untuk dikenang. Buah pikiran adalah sebaik-baiknya peninggalan sang pemenang.

Mari mengintip lebih fokus, pendemik ini mengembalikan hakikat pembelajaran di ruang-ruang “kelas” bahwa proses yg dilalui seharusnya bersifat dinamis.  Dimulai dari kesunyian, memahami tujuan dan mengumpulkan energi di ruang yang tidak hampa lalu memantik pikiran kreatif. Dari situlah buah pikiran terlahir. Setiap individu memiliki perspektif yang unik untuk merespon fenomena di sekitarnya. Ya, individu itu adalah siswa kita. Dinamika buah pikiran siswa adalah kata kunci bahwa pembelajaran berhasil. Dalam situasi apapun, senang-susah, bahagia-sedih, proses pembelajaran haruslah produktif, dinamis.

Salah satu imbas dari pandemik ini adalah siswa belajar di rumah Learn at Home. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (dalam jaringan/daring) seharusnya menyediakan pengalaman belajar yang bermakna. PJJ dapat difokuskan untuk melatih kecakapan hidup (life skills) antara lain memantik proses berpikir kreatif dengan memberikan gagasan jitu merespon pandemik Covid-19.

Melalui mata pelajaran Bahasa Inggris, siswa SMANU MH. Thamrin diajak untuk mengasah kepekaan atas fenomena kontekstual. Dari serangkaian aktivitas dalam masa PJJ ini, skenario pertama adalah mencurahkan ide dasar menanggapi pandemic Covid-19 dengan stimulus sebuah video yang diunggah dari media sosial. Dengan berbekal pengetahuan, pemahaman dan kemampuan mengaplikasi sebuah teks, yakni Explanation Text (Teks Penjelasan) yang berisi penjelasan tentang definisi, bagaimana dan mengapa suatu fenomena alam atau fenomena sosial terjadi. Teks ini meliputi fungsi sosial (Social Function), struktur generik (Generic Structure) dan fitur kebahasaan (Language Features) yang menyertainya, siswa diminta untuk menanggapi isi/pesan video tersebut dalam sebuah teks tulis berbentuk eksplanasi. Seperti diketahui, tipe teks ini adalah tipe teks argumentatif, yang menghendaki siswa untuk bernalar tingkat tinggi dengan cara menganalisis, mengevaluasi dan mencipta sebuah gagasan.

Berawal dari situlah, pemantikan berpikir kreatif terimplementasi secara aktual. Proses pengumpulan gagasan ini berdurasi 1 minggu dengan diakhiri pengiriman teks oleh setiap siswa ke dalam aplikasi google classroom. Dalam aplikasi tersebut tercatat: bentuk tugas, rasionalisasi, rubrik, instrumen, panduan penilaian, nama dan jumlah siswa, waktu pemberian dan pengumpulan tugas, serta komentar siswa dan guru.

 

Selaras dengan proses pembelajaran lainnya terutama pembelajaran bahasa, dalam proses ini, seluruh tahapan terlampaui. Dimulai dari penyajian konteks dengan memberikan video yang relevan (Building knowledge of the text), pemberian contoh teks eksplanasi (Modelling of the text), latihan menulis bersama (Joint construction) dan diakhiri dengan menyajikan sebuah tulisan yang berisi gagasan mandiri (Independent construction). Hal-hal yang telah dipaparkan di atas dianggap dapat merepresentasikan kondisi pembelajaran yang memadai. Sesungguhnya, strategi belajar sederhana seperti ini dapat dilakukan di dalam dan di luar ruang kelas, online dan offline.

 Fokus yang disasar tidak hanya pada tiap tahapan pembelajaran yang harus dilalui siswa tapi juga pada provokasi kelahiran gagasan kritis dan kreatif siswa lewat pemilihan model teks lisan (melalui video terpilih) oleh guru. Penulis menyadari, pemilihan dan penyajian video yang tepat sebagai alat pemantik merupakan fase krusial yang dianggap mampu menjadi media pemicu penalaran tingkat tinggi. Sampai di sini, siswa diminta untuk memahami konten dan pesan video secara komprehensif lewat narasi yang menggunakan argumen yang kuat karena didukung oleh fakta/data yang aktual dan akurat. Selanjutnya, sebagai respon, setiap siswa diharapkan bereaksi dengan penuturan tertulis yang berisi gagasan-gagasan argumentatif yang diperoleh melalui logika berpikir ilmiah (reasoning, cause and effect). Fase akhir berupa penciptaan gagasan melalui teks tulis ini sebelumnya telah melampaui fase penilaian yang dilakukan antar siswa dengan cara saling memberikan respon/ulasan/kritik/masukan atas tulisan masing-masing. Hasil dari fase ini, siswa mampu melewati tahapan berpikir menilai (evaluating). Kecakapan hidup yang dapat dilatih adalah kerjasama, kejujuran, menghargai karya orang lain, dan disiplin.

 Singkat cerita, banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk melatih peka.

Dr. Elvy Usmirawati, Dipl. TESOL, M.Pd. Lahir di Jakarta, 5 Agustus 1975. Menyelesaikan jenjang pendidikan Doktoral (2012), Magister (2008) dan jenjang Sarjana di Universitas Negeri Jakarta pada Prodi Pendidikan Bahasa Inggris serta Post Graduate Diploma in TESOL, Singapura (2008).  Penulis adalah seorang Instruktur Nasional (IN) Kurikulum 2013, reviewer, dan fasilitator. Beberapa gelar telah diraih antara lain Guru Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta dan Nasional (2017). Aktif dalam beberapa organisasi. Telah mengikuti berbagai pelatihan dan seminar di dalam dan luar negeri dengan berfokus pada kajian pendidikan, ilmu kebahasaan, TIK dan motivasi. Penulis juga telah menghasilkan berbagai karya berISBN yang diterbitkan di dalam maupun di luar negeri antara lain Journal of Depisa. Berpengalaman mengajar di sekolah dan beberapa kampus sejak tahun 2007 hingga saat ini.

Bagikan ..

Eyoni Maisa

Bagikan ..