Stora-24 by Anti Kesuma: Sebuah Kata Rindu dari Tanah Suci
Musim yang mulai kacau di negeriku ini menjadikan tubuh kebanyakan diri meraung gundah. Demam tinggi kadang dehidrasi. Mungkin tak cuma di sini, di belahan bumi yang lain pun merebak sama. Panas dan dingin datang bukan lagi seperti kata ramalan cuaca, kemarau-hujan tak lagi ditanda bulan. Entah musim gugur, musim semi dan musim salju di negeri sana, apakah masih persis datang di bulannya, aku belum tahu pasti tentang ketiganya.
Di Indonesia, bisa saja hari ini panas terik melanda, dan besoknya berganti hujan deras. Apapun itu, kupilih tak melahirkan keluh dan kesah, karena begitulah sejatinya dunia yang tak layak untuk berserah. Kemarin semua baik-baik saja, kemudian berganti lemah yang menggerus tegar hingga pasrah. Tak ada yang pernah tahu tentang apa yang akan ada di dalam masa, kecuali Allah Azzaa Wa Jalla, Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.
Waktu seakan berdetak lambat, tapi masih juga rasa ingin memperlambat. Tepatnya menahannya, jika menghentikan waktu, tiada mungkin adanya. Ya Allah, Tuhanku Yang Maha Penyayang, boleh aku merajuk lagi?, meminta lagi?, mengadu tentang semua sendu, tentang ujian sakit-Mu yang bikin hati pilu?, Dan tetiba sahabat terbaik menyapa setelah sekian purnama tak saling berkirim kata, “Siap umroh tanggal 29 Maret sampai dengan tanggal 9 April 2022?” Berdegup rasanya membaca pesan WA itu.
Diri yang merasa seperti tak yakin, tapi hati sudah tak tahan untuk menyanggupi, meski tetap dengan sedikit resah. Waktu yang tersisa untuk persiapan umroh ini teramat singkat, dengan semua dokumen syarat yang butuh pembaharuan cepat. Satu lagi, persetujuan tim medis untuk menyesuaikan jadwal tindakan operasi yang sudah dekat. Kalimat ‘Bismillah’ jadi modal utama, tekad bulat jadi penguatnya, serta cuan untuk bikin tunainya. Semoga kabar gembira ini membawa kebaikan-kebaikan yang tidak menjadikan penyakit hati di manusia yang penuh khilaf ini.
Berangkatttt…
Alhamdulillah segala upaya berujung manis. Tak percaya rasanya sudah berada di Terminal 3 Soekarno-Hatta. Makin tak percaya saat landing di Prince Mohammed Bin Abdulazis International Airport Medina. It’s my dream, my hope, my everything. Meski ini kali kedua, tapi gelora rasanya masih seperti saat pertama. Baper mulai menyapa, mata berkaca-kaca mencecap rindu yang membuncah pada-Mu dan kekasih-Mu.
Undangan umrah ini pasti bukan kebetulan belaka. Kala beberapa bulan berkutat atas nama ikhtiar kesembuhan, mendadak diiringi panggilan kembali ke tanah suci, apakah ini murni sebuah kebetulan saja? Kuyakin Engkau memanggilku untuk ke sini, Yaa Allah…
Sini, geser ke sini biar rasa dekat dengan-Ku
Sini, geser ke sini biar tak cekat kecemasanmu
Sini, geser ke sini ada Aku yang kan jadi penolong-Mu
Sini, geser ke sini tumpahkan semua inginmu
Rangkaian ibadah dan ziarah bergulir bagai obat yang mengobati. Tak dengan mudah memang, terselip tantangan cuaca, medan ibadah, dan kondisi kesehatan yang sedang tak sempurna menjadikan ibadah-ibadah terasa makin haru nan syahdu. Bagaimana tidak syahdu, dalam keterbatasan kesehatanku, dapat ber-talbiyah langsung di Kabah-Mu serasa berhadapan dekat dengan Pemilikku. Di tempat thawaf (mataf) ini, selalu tumbuhkan getaran dalam hati yang membobol airmataku.
Labbaika allahumma labbaik,
Labbaika laa syariika laka labbaik,
Innalhamda wanni’mata laka wal mulk,
Laa syariikalak
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”
Airmataku jatuh, ya… siapa yang sanggup menahan derai haru yang sulit terlukis kata-kata.
Pada satu momen tawaf sunahku, putaran demi putaran di lantai mataf Masjidil Haram, bagai melayang riang bergandeng tangan dengan-Mu. Di lingkaran paling muka depan Kabah kulirihkan semua doa, munajat, pengharapan yang mengalir berkawan air mata, dan sedu yang diredam. Menangisi gelimang dosa, memasrahkan diri atas ujian, terus dan terus memohon ampunan dan petunjuk-Mu. Sadarkan diri ini yang tak sempurna mencintai-Mu, dan tak teguh dalam beribadah kepada-Mu. Beri aku waktu wahai Tuhanku untuk menjadi hamba dengan seluruh ridho-Mu. Tujuh kali putaran Kabah, tak terhitung sudah apa saja yang kupinta. Termasuk doa-doa yang dititipkan sahabat dan kerabat.
Bukan harus ke tanah suci untuk hadirkan Dia dalam setiap doa. Namun di tanah suci, getaran itu terasa kuat menyengat, menjadikan sholat dan doa-doa dalam balutan rasa yang tak kuasa diungkap dalam kata. Penat dunia luruh, gundah jiwa menjadi teduh, harapan-harapan baru tumbuh. Mungkin semua itulah yang mengentalkan rindu setiap orang yang pernah menjadi tamu di Baitullah, selalu ingin untuk kembali bersujud di sini.
Wangi aroma rumah-Mu, Nabawi Madinah dan Al Haram Makkah, selalu memanggil kembali untuk bersihkan jiwa. Ku berdoa, semoga Allah Subhanahuawata’ala memanggilku Kembali, hingga ke satu lagi tanah sucimu, tempat berdiam Mesjid Al Aqso Palestina. Mudah-mudahan Allah cukupkan umur, kesempatan dan rezeki untuk menerbangkan aku ke tiga tanah suci itu.
Yakinlah saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, jika terlalu penat hidupmu dan ingin tentramkan gemuruh jiwamu, bukan hiburan dan kuliner semata penawar dukamu. Jika ada rezeki dan kesempatanmu, lekas bergeserlah ke sini dahulu, bermanjalah dengan Robb mu selepas-lepas rindu hatimu. Semoga Allah mengabulkan semua doa dan menjawab setiap pinta.
~Doa terbaik untuk seluruh saudara kita yang sedang menunaikan ibadah haji, Insyaa Allah mabrur dan mabruroh, Aamiinn Yaa Robbal ‘Alamiin…