Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender
Dini Pratiwindya, M.Pd
Menyambut Hari Perempuan Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Pusat Penguatan Karakter, menyelengarakan Webinar dengan tema “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender”. Webinar dengan pembicara utama Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, diselenggarakan pada Senin, 8 Maret 2021.
Tujuan webinar adalah untuk menyosialisasikan pentingnya peran perempuan dalam segala aspek kehidupan dan mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk berdaya melalui kepakaran dan perannya masing-masing dan mewujudkan kesetaraan gender.
Nadiem dalam pembukaan acara menyampaikan tentang tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yaitu: intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan yang masih membayangi. Kemdikbud RI mendorong terciptanya lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan bagi peserta didik melalui Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulanagn kekerasan di lingkungan Satuan Pendidikan untuk Tingkat PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Perjalanan untuk mewujudkan kesetaraan gender masih panjang dan perlu dukungan, kesadaran, dan kemauan dari seluruh lapisan masyarakat. Perlu mendorong dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perempuan mulai dari rumah, sekolah, masyarakat, Perguruan Tinggi, dan tempat kerja untuk mewujudkan perempuan cerdas berkarakter dengan semangat hari Perempuan Internasional untuk Indonesia setara bersama.
Webinar kali ini menghadirkan narasumber tiga perempuan inspiratif yaitu, Franka Makarim (Co- Founder Tulola Jewelry), Chatarina Girsang (Irjen perempuan pertama di Kemdikbud RI) dan Angkie Yudistia (Staf Khusus Presiden RI) dan dipandu oleh Moderator Widya Saputra.
Berbicara tentang perempuan super, ketiganya sependapat dan mengungkapkan bahwa perempuan super adalah perempuan yang menyadari kemampuan dirinya, berkepribadian baik, mampu menjalankan seluruh tugas dan perannya, mencapai apa yang dicita-citakan, mencintai dirinya sendiri apa adanya, dan menjadi value bagi keluarga dan masyarakat.
Franka Makarim mengungkapkan bahwa setiap perempuan punya talenta dan dapat memilih pilihannya sendiri serta tanggung jawab atas pilihannya. Perempuan harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan membangun kepercayaan diri. Perempuan yang memilih sebagai ibu rumah tangga pun tetap bangga dengan pilihannya dan tetap dapat mengembangkan kemampuan dirinya terus menerus melalui diskusi, riset Daring, dan belajar mandiri.
Cahatarina Girsang, sebagai perempuan pertama yang menjadi Inspektur Jenderal di Kemdikbud RI, mengungkapkan bahwa apapun titel dan jabatannya, ketika sampai di rumah, perempuan kembali menjadi istri dan ibu bagi keluarganya. Waktu menjadi hal yang sangat berharga dan pengertian dari suami juga tak kalah pentingnya. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu membangun komunikasi jarak jauh.
Angkie Yudistia, menyandang status sebagai perempuan dengan disabilitas merupakan sesuatu yang dirasakan kurang nyaman, namun Angkie mengungkapkan bahwa hidup hanya satu kali. Hanya ada dua pilihan, mau menyerah atau tetap optimis. Angkie dengan dukungan penuh dari orang tua dan keluarga mampu menjadi salah satu perempuan sukses. Teknologi yang di satu sisi menjadi tantangan tersendiri, namun bagi Angkie malah menjadi tools yang sangat membantu dalam memudahkannya berkomunikasi. Keluarga sangat supportif dan mendukungnya untuk memperoleh pendidikan tinggi yang dirasakan menjadi salah satu bekal untuk terus maju. Angkie juga mengajak untuk tetap semangat, tetap percaya diri dan berani untuk berbeda. Tidak apa-apa untuk berbeda, karena dengan adanya perbedaan akan semakin banyak nilai-nilai yang dipelajari dan membuat kita lebih mencintai diri sendiri dan orang lain.
Salah satu peserta menanyakan tentang bagaimana cara menyikapi perundungan. Angkie mengungkapkan bahwa menyikapi perundungan adalah dengan cara tidak membalasnya, karena pada dasarnya perundungan adalah suatu letupan emosi yang tidak stabil. Kita perlu berproses dan jangan sampai mengungkapkan emosi dan kemarahan kepada pubik atau melalui media sosial. Kita perlu menyikapinya dengan etika, dengan karya. Namun jangan pula dipendam sendiri, komunikasikan dengan orang-orang terdekat yang dapat dipercaya.
Sejalan dengan tema Hari Perempuan Internasional tahun ini “Choose to Challenge”, maka tantangan yang dipilih oleh ketiga narasumber yaitu: komunikasi dan menyuarakan keinginan dengan cara yang baik, perlu kolaborasi, sinergi dengan keluarga, tim kerja dan kolega untuk meraih cita-cita, serta tantangan literasi ekonomi, keuangan dan digital, dan kemampuan untuk perubahan serta beradaptasi untuk membentuk generasi selanjutnya yang akan menjadi pemimpin bangsa.
Peran wanita yang semakin maju juga dapat mengangkat masyarakat, woman support woman, sister support sister. Pada pernyataan penutupnya Nadiem menantang kita semua dan menyatakan bahwa Kemdikbud RI telah berupaya mengondisikan lingkungan untuk membentuk perempuan sebagai pemimpin, lalu apa yang akan Anda dan organisasi Anda lakukan?