STORA-24 by Anti Kesuma: Penutup yang Urup
Ini hanya sebuah sudut pandang, bukan sebuah patok benar.
First, siapa yang saat paparan menutupnya dengan kalimat, “Demikian yang dapat saya paparkan, mohon maaf jika ada kesalahan ataupun kekurangan. Terima Kasih.”
Hai Storian, slide terakhir dari serangkaian paparan yang kita sampaikan dalam suatu sesi bukanlah hanya pelengkap. Senafas dengan slide pembuka yang perlu keterampilan agar mampu “memanggil” perhatian audiens, maka slide terakhir adalah pengunci saktinya. Wow sesakti apa sih?
Tahu dulu, apa maksud dari penyajian paparan
Idealnya sebuah aktivitas adalah kegiatan yang dipahami betul maksud dan tujuannya kenapa dilakukan. Jangan pernah kita tergiring pada suatu kegiatan yang kita tidak memahami esensinya. Ini bagai Dora tanpa peta. Mudah tersesat dari arah yang direncanakan.
Menyajikan suatu paparan kebanyakan bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, sharing praktik baik, sosialisasi informasi atau banyak juga untuk keperluan bisnis. Yes, apapun itu sambungkanlah antara isi paparan dengan tujuan akhir dari pemaparan.
Jika kita sudah paham betul peran yang kita mainkan, sejatinya kita akan tergelitik untuk merangkai materi paparan yang dimana semua slide-nya adalah penting, mulai dari pembuka-isi-penutup. Maka sekali lagi, ketahui dengan benar apa maksud dari paparan yang kita sampaikan agar kita dapat melebur dengan baik bersama para audiens.
Seni menyampaikan
Namanya juga seni, pastinya bukan harga mati. Seni itu berkait dengan style, selera, dan kecakapan. Ambil contoh sederhana tentang warna kesukaan. Konon, orang-orang dengan karakter kuat, keras, dan tegas menyukai warna-warna yang bold, dan mereka yang berkarakter lembut lebih menyukai warna-warna yang soft. Perbedaan ini bukan sebuah harga mati, tapi hanya sebuah kesimpulan umum dari suatu fenomena.
Jadi, mempelajari tentang seni pemaparan bukanlah untuk mencari strategi mana yang paling benar untuk audiens, tetapi mana yang berpotensi akan diminati oleh mereka. Bukan soal benar-salah, tapi di situlah seninya, memahami karakter audiens. Jika suatu ketika kita berada di suatu kondisi dimana kita belum mengenali warna audiens kita, seni yang dapat kita lakukan adalah mengenali apa kebutuhan audiens kita.
The Power of Closing
Menutup paparan dengan hanya berterima kasih?!. Ada yang lebih esensial dari sebuah cara mengakhiri sesi, yaitu slide penutup yang dapat meninggalkan kesan dan ingatan yang lekat, salah satunya adalah rumusan simpulan yang ringkas namun tajam.
Kenapa penutup yang “berdaging” penting untuk dipahami?. Karena dapat mengembalikan fokus audiens yang mungkin sempat terpecah saat menyimak paparan yang kita sampaikan. Apalagi paparan-paparan dengan durasi panjang, perlu seni terampil untuk memasak slide demi slide agar memiliki power yang seimbang, mulai dari awal hingga penutupnya.
Kita mengenal akun zoom gratis yang hanya berdurasi 40 menitan, dimana angka 40 menit ini bukanlah pilihan angka yang tidak bermakna, namun sudah merupakan hasil kajian dan penelitian ilmiah bahwa kemampuan menyerap informasi yang paling kuat ada di rentang waktu 40 menit pertama. So, gunakan waktu 40 menit pertama ini dengan materi-materi yang paling esensial dari keseluruhan materi yang akan kita sampaikan.
Penutup yang urup (Bahasa Jawa yang artinya nyala), adalah penutup yang menyalakan kesadaran menyimak dari para pendengarnya. Jangan sampai paparan kita berakhir menjadi suara yang tidak bermakna. Terdengar tapi tidak terekam apalagi tercerna. Ini semacam mubazir alias sia-sia. Maka Storian, mari kita dorong diri kita untuk melakukan segala tugas dengan cermat dan berteknik, tidak hanya mengejar asal sudah selesai saja.
Sedikit tapi meresap, itu sedap
Banyak tapi menguap, itu khilaf
Banyak dan meresap, itu mantap
(antiK/ 23 Maret 2022)