Artikel

Menghapus Kegelapan di Cakrawala Bersama PJJ dan WFH
Shinta Kurniawati, S.S., S.Pd, Guru SD Negeri Duren Sawit 18 Pagi

Langit tak seindah lagu “Guruku Tersayang” saat dinyanyikan oleh siswa siswi usia 6-12 tahun sambil menunjukkan giginya dengan berbagai macam bentuk yang bagiku itu adalah seni keindahan anak SD. Cakrawala bagai tak bersahabat, gemuruh angin yang sesungguhnya hanya desiran angin tanpa suara, tanpa kata, tanpa tulisan, dan tanpa pamit membuat mendung negeriku Indonesia.

Berita demi berita memenuhi televisi, memenuhi radio di sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah, memenuhi berita di internet. Berita suatu peristiwa adanya virus yang dikenal sebagai Covid-19 di negeri Cina yang mengambil banyak korban. Tidak terbayang kalau virus itu singgah di Indonesia. Awalnya hanya tanggapan biasa yang keluar dari banyak mulut masyarakat Indonesia. Tapi berbeda 180 derajat setelah virus mengambil banyak korban di Indonesia.

Bukti perhatian dan rasa sayang dari pemerintah atas kebijakan menghadapi virus tersebut maka pemerintah mengeluarkan satu kebijakan yang dikeluarkan oleh beberapa daerah yang di antaranya Pemerintah DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Kebijakan tersebut tertera akan dijalankan dari tanggal 16 hingga 29 Maret 2020.

Pada tanggal 16 Maret 2020, Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan, Ph.D mengeluarkan Surat Edaran dengan NOMOR 2/SE/2020 TENTANG PENYESESUAIAN SISTEM KERJA PEGAWAI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nomor satu pada Surat Edaran tersebut menyatakan Kepala Perangkat Daerah agar dapat mengatur sistem kerja pegawai untuk dapat menjalankan tugas kedinasan dengan bekerja di rumah/tempat tinggalnya (work from home) dengan 9 pertimbangan.

Kami sebagai pengajar akhirnya merasakan Work From Home. Enak tidak enak, nyaman tidak nyaman, suka tidak suka, itu yang harus kami jalani. Siswa siswi dirumahkan untuk belajar bukan dikatakan libur, di rumahpun dengan pengawasan orang tua. Yakin…siswa siswi bingung kenapa ada kebijakan seperti itu apalagi mereka sedang merasakan nikmatnya bersekolah, kebetulan kami baru menempati gedung sekolah yang baru. Begitu kecewanya siswa siswi dan orang tua membaca pengumuman yang dipersiapkan pihak sekolah. Tapi kebijakan pemerintah tidak hanya memikirkan masa sekarang tapi esok, lusa, minggu depan,  bahkan bulan depan. Lebih membingungkan lagi adalah bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan? Pemerintah lewat Dinas Pendidikan mengeluarkan kebijakan untuk menjalankan  pembelajaran dengan pola jarak jauh. Banyak cara yang kami gunakan untuk bisa selalu berkomunikasi walau tidak langsung bisa interaksi dengan siswa siswi. Dinas Pendidikan DKI Jakarta tidak hanya mengeluarkan peraturan tersebut, tapi juga memikirkan dan memberikan sosialisasi tentang cara pembelajaran jarak jauh yang bisa dijalankan para guru DKI Jakarta untuk berbagi ilmu dengan siswa siswinya.

Memang, tidak semua orang tua mengerti, melihat pada wilayah sekolahku sendiri, dengan latar belakang kehidupan mereka yang berbeda. Tapi entah kenapa hatiku memiliki keyakinan kalau para orang tua tetap semangat mendampingi putra putrinya dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh ini.

Di awal kusosialisasikan kepada orang tua siswa tentang pembelajaran jarak jauh. Sosialisasi kepada mereka melalui voice note di Whats app Grup. Dasar pembelajaran jarak jauh kuambil dari sebuah buku.

Sistem Pendidikan Jarak Jauh sendiri menyediakan interaksi antara peserta didik dan pendidik atau tutor untuk mengadakan interaksi (diskusi, tanya jawab) secara tatap muka atau jarak jauh (melalui surat, telepon atau komputer). Akan tetapi tutorial ini sangat jarang dilakukan sehingga peserta didik harus belajar secara mandiri. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan jarak jauh adalah internet. Internet merupakan perpaduan antara teknologi komputer, teknologi audio-visual, teknologi komunikasi dan teknologi pembelajaran itu 4 sendiri, dan sifatnya sudah menyerupai bentuk pembelajaran langsung (direct instruction) yang dapat melayani banyak pengguna (user) dalam waktu yang bersamaan namun tetap melayani individu mahasiswa dalam kerangka pelaksanaan pembelajaran yang individual. Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui internet seyogyanya mahasiswa memiliki kemampuan untuk berpikir secara terbuka, berkomunikasi melalui lisan, memotivasi dan mendisiplinkan diri, “mengemukakan” jika menemui masalah, kesediaan dan ketaatan untuk belajar secara teratur, memenuhi tuntutan minimal yang dipersyaratkan setiap program atau materi pembelajaran, berpikir kritis dan mengambil keputusan merupakan bagian dari proses belajar, mengakses internet, memberikan tanggapan, belajar dengan kualitas tinggi dapat terjadi tanpa harus melalui kelas tradisional (Siahaan, 2005:35).

Walau melalui voice note saat kusosialisasikan tentang pembelajaran jarak jauh itu, tanggapan mereka Alhamdulillah baik. Walau banyak pertanyaan yang diajukan kepadaku, itu menunjukkan keikhlasan mereka menjalankan program pembelajaran jarak jauh ini. Melihat keikhlasan para orang tua membuat aku sendiri juga harus optimis kalau aku juga bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini. Tidak hanya itu aku juga harus semangat mencari cara pembelajaran jarak jauh seperti apa yang mudah dan menyenangkan untuk mereka dan juga para orang tua. Apalagi di masa sekarang ini, kondisi negara yang bagiku adalah masa memprihatinkan dan mencekam. Tidak mungkin aku tega menambah beban ketakutan dan kesusahan mereka dengan begitu banyaknya tugas yang memaksa mereka untuk mengerjakan dan mencari jawaban ataupun mencari bahan praktik dengan keluar rumah mencari ke toko-toko. Tidak…..Aku tidak mau seperti itu. Aku ingin membuat mereka menikmati pembelajaran jarak jauh ini dengan menyenangkan tanpa terbebani. Dengan mereka tetap di dalam rumah, itu sudah menunjukkan siswa tersebut siswa yang disiplin. Jadi, Apa salahnya aku membuat kenyamanan untuk mereka dalam pembelajaran jarak jauh ini. Shinta…kamu pasti bisa. Harus berusaha bisa mencari cara untuk membuat mereka merasa nyaman dan menikmati pembelajaran jarak jauh ini.

Tidak kupungkiri, kadang terbesit rasa gundah di hati ini. Gundah dengan segala kemungkinan yang akan kami hadapi selama pembelajaran jarak jauh nanti. Saat ada rasa kegundahan menghantui pikiranku, langsung kubayangkan wajah-wajah siswa siswiku juga para orang tua yang siap menantikan pembelajaran jarak jauh yang akan aku berikan kepada mereka. Tentu saja bayangan senyuman indah mereka yang menyemangatiku. Banyak pertanyaan dalam benakku dan juga mungkin banyak guru sama sepertiku pertanyaan yang membayangiku, antara lain:

  1. Materi apa yang bisa diajarkan di rumah tanpa membebani orangtua yang seharusnya kewajiban guru mengajarkan di kelas?
  2. Jam berapa mereka belajar sementara ada yang kedua orangtuanya bekerja?
  3. Bagaimana dengan kuotanya?
  4. Siapa yang menanggung kotanya?

Keyakinan dalam diri yang menguatkanku  dan teman-teman untuk bisa menghadapi semua. Harus bisa mencari dan belajar untuk melaksanakan program pembelajaran jarak jauh ini. Solidnya semua unsur dalam sebuah sekolahpun sangat menentukan keberhasilan program ini. Kami harus saling menguatkan dan memberikan informasi satu sama lain dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh di setiap kelas. Tinggalkan ego dan rasa cuek bila ada sesama rekan guru ada yang masih bingung melaksanakan pembelajaran jarak jauh nanti.

Untuk pelaksanaan memang diserahkan kepada kebijakan sekolah masing-masing. Untuk sekolahku menggunakan RPP dari Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Di dalamnya lebih mudah dimengerti ditambah lagi ada video pembelajaran dalam setiap kegiatan yang akan dijalankan. Sebelum pembelajaran jarak jauh dimulai, tidak lupa kusapa siswa siswi dan orang tua siswa dengan menurutku suaraku sudah merdu walaupun tidak semerdu Syahrini, tapi setidaknya bagi siswa siswaku aku adalah artis di kelas dan di Whatsapp Group kami saat ini.

“Anak-anak sudah siap belajar hari ini? Ayo, jangan lupa cuci tangan dahulu ya dengan sabun di air mengair sebelum dan sesudah memulai kegiatan! Nah, kalau sudah cuci tangan, mari kita bersiap memulai pembelajaran hari ini. Hari ini kita akan melakukan 3 kegiatan yang masih berhubungan dengan menjelajahi angkasa luar. Jangan lupa ucapkan tolong bila minta bantuan, ucapkan maaf apabila melakukan kesalahan, dan ucapkan terima kasih setelah mendapatkan bantuan! Yuk kita mulai dengan doa dulu semoga kita selalu sehat dan lancar belajarnya! Minta ayah/bunda untuk mendampingi ya.”

Begitulah kalimat yang keluar dari suara serak serakku yang menemani mereka di pagi hari. Saat rekaman suara sudah dikirim di grup Whatsapp, mengalir dengan cepat jawaban dari para orang tua murid. Hal seperti itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku. Harapanku mereka bisa menikmati pembelajaran jarak jauh ini.

Nah, karena aku selalu pesan untuk selalu cuci tangan dengan sabun, kenapa tidak aku mengingatkan mereka bagaimana mencuci tangan yang benar. Tentunya dengan sabun. Wah kesempatanku saat itu untuk bermain sambil belajar membuat sabun cair dari sabun batang.

Tujuannya selain untuk memunculkan kreativitas mereka juga mengurangi pengeluaran belanja ibunya yang tadinya membeli sabun cair yang jauh lebih mahal, bisa membuat sendiri dengan pengeluaran yang sedikit tapi mudah membuatnya. Aku tayangkan video cara pembuatan sabun cair dari sabun batang di youtube https://www.youtube.com/watch?v=sIYmCYvwbds lalu praktekan bersama dengan lokasi kami yang berbeda hihihi… tidak papa. Terpenting bagi kami sebagai guru bisa membantu pemerintah merumahkan siswa siswi dan mengurangi keinginan mereka untuk bermain di luar rumah. Bagiku bereksperimen seperti itu adalah sebuah permainan yang mungkin suatu hari nanti bisa menjadikan sebuah bisnis untuk mereka.

Setelah pembelajaran jarak jauh dimulai, jangan kaget ya tidak berapa lama lagi,  telepon genggam kita akan lama merespon untuk membuka gambar atau video yang dikirim siswa karena saking penuh memorinya. Tapi tidak perlu khawatir, karena kita bisa membuka kiriman mereka dari laptop. Hemm… Alhamdulillah tidak ada kendala sampai di sini. Kendala yang memang sering kami temui lebih pada kuota masing-masing telepon genggam kami. Kadang mereka memaksakan untuk membeli kuota demi mengerjakan tugas atau mengikuti kuis. Padahal jujur saya tidak memaksakan para orang tua untuk selalu mengisi kuota. Apalagi di waktu yang seperti sekarang ini. Perekonomian yang tidak stabil ini. Mereka malah menjawab,” Tidak apa apa Bu Shinta, anak-anak malah tidak main keluar dan kabur-kaburan dari rumah”. Ya Allah semoga Allah selalu memberikan rejeki yang barokah untuk para orang tua siswa dan semua saudaraku se Indonesia juga untukku pribadi…Aamiin.

Setelah mereka melihat video pembelajaran yang kukirim, mereka mengerjakan soal secara online dan langsung mengirimkan hasilnya berupa foto screenshot hasil nilai mereka. Nilai 100, 80,60, atau 40 tetap kuucapkan terimakasih telah berusaha menjawab soal dari bu guru. Kita lanjutkan setelah istirahat pukul 10.00. Sambil aku mendampingi putra putriku di rumah yang juga melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini. Double job kataku hehehehehe….Memang ada beberapa siswa yang belum mengirimkan hasil karya mereka karena telepon genggam orang tuanya dibawa bekerja. Tidak masalah bagiku, tetap kutunggu hingga mengirimkan walau senja telah memanggil rembulan untuk menggantikan bagaskara menyinari bumi Indonesia. Aiiih…bahasaku seperti  sastrawan saja. Jangan minta aku untuk membuat puisi ya. Ups…teringat akan puisi, teringat pada tugas siswa yang kuminta membuatkan sebuah puisi karya mereka bertema pembelajaran jarak jauh ini. Mereka mengirim hasil karya mereka dengan berbagai bentuk tulisan dan berbagai jenis kata-kata yang mereka tuliskan.

Sebagai guru kadang aku gatal untuk memberikan mereka suatu permainan seperti saat di dalam kelas beberapa waktu lalu sebelum peristiwa ini. Namun tidak bisa sebebas seperti di kelas, maka kugunakan suatu permainan yang kita kenal Quizizz. Memang permainan ini juga sering kami gunakan saat di kelas dulu. Tidak mengurangi serunya hari-hari kami, mereka rebutan setor bukti berupa screenshot hasil permainan mereka. Setiap mereka kirim di grup akan terdengar suara serak serak dari sang guru ehem, ehem….. lewat voice note, memberikan ucapan “Mantap” untuk yang berhasil nilainya atau “semangat” bila ada siswa yang masih kurang hasil kuisnya. Di hari Jumat kami sepakat mengadakan pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi Zoom Cloud. Hanya satu hari dalam seminggu. Mohon maap karena keterbatasan kuota mereka yang kita ketahui latar belakang ekonomi orang tua  siswa siswiku. Walaupun seminggu sekali setidaknya bisa melihat mereka langsung dan mereka bisa melihat teman-temannya. Seperti biasa untuk mengingatkan kembali lagu lagu IPA yang pernah aku berikan kepada mereka. Oh iya lagu lagu IPA yang pernah kubuat bisa dilihat di youtube antara lain:

Beginilah di hari Jumat bisa menghilangkan rasa kangen kami, sambil menyanyikan lagu lagu IPA yang pernah kami nyanyikan di kelas. Saat seperti itulah aku bisa praktekkan langsung mengajar yang bisa mereka lihat. Bagiku itu sesuatu sekali. Alhamdulillah teknologi bisa membantu kami melancarkan program pembelajaran jarak jauh ini. Di samping melepas rasa kangen kebersamaan kami. Sepertinya tulisan sederhana ini cukup sampai di sini. Aku tidak berharap program pembelajaran jarak jauh ini berkepanjangan yang menandakan abu-abu hitam di langit Indonesia belum tenggelam dimakan cakrawala. Doaku seperti itu bukan berarti aku tidak mau berusaha untuk terus belajar dan belajar dalam memberikan pembelajaran jarak jauh. Insyaallah aku ingin menjadi guru yang masih mau untuk belajar dan belajar. Kami semua merindukan tatap muka yang bisa melatih jiwa kami sebagai makhluk sosial di dunia pendidikan. Semoga Allah melepaskan cobaan bangsa Indonesia dengan semua keikhlasan dan kesabaran penduduknya. Aamiin.

 

Shinta Kurniawati, S.S., S.Pd lahir di Jakarta pada 9 Juni 1978. Alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 2000 , dan menyelesaikan Akta IV di Universitas Asyafiiyah Jakarta tahun 2010. Selanjutnya menyelesaikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Terbuka pada tahun 2018. Ibu dari tiga orang anak yang memiliki hobi menulis puisi ini bertugas di SDN Duren Sawit 18 Pagi. Jejaknya dan kicauannya bisa dilacak melalui akun instagram @shintahanum9. Buku antologi puisi perdana yang sudah diterbitkan berjudul “Jangan Panggil Aku ABK” telah diterbitkan Media Guru. Pernah terlibat dalam tim penulis buku pelajaran untuk Kejar Paket A sebanyak 15 buku. Tulisan lainnya bisa dibaca pada  dua buku antologi cerpen bersama 38 Gurusianer MediaGuru. Beberapa cerpen anak dan puisi lainnya bisa dinikmati di beberapa buku antologi cernak dan puisi.

Bagikan ..

Eyoni Maisa

Bagikan ..