Mempersiapkan Generasi Masa Depan: Pentingnya Digitalisasi Pembelajaran, Coding, dan Artificial Intelligence di Sekolah
Rahmah Kurniawaty, S.Kom., S.S., M.T.
Di era yang serba digital ini, dunia pendidikan tidak bisa lagi berjalan seperti dahulu. Perubahan teknologi yang begitu cepat menuntut sekolah untuk beradaptasi dan membekali siswa dengan keterampilan yang relevan dengan zaman. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru yang akan mengubah wajah pendidikan Indonesia. Mulai tahun ajaran 2025/2026, mata pelajaran coding dan artificial intelligence (AI) akan masuk ke dalam kurikulum sebagai mata pelajaran pilihan bagi sekolah-sekolah yang siap. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan digitalisasi pembelajaran dan menyiapkan generasi muda yang lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Dalam pengumumannya, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa tidak semua sekolah diwajibkan untuk menerapkan kebijakan ini secara langsung. Pemerintah menyadari bahwa kesiapan infrastruktur dan tenaga pengajar di berbagai daerah berbeda-beda. Oleh karena itu, implementasinya akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari sekolah-sekolah yang telah memiliki fasilitas memadai serta guru yang kompeten dalam bidang teknologi digital. Harapannya, dengan adanya program ini, anak-anak Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga kreator dan inovator di masa depan. (Kompas, 2025).
Digitalisasi pembelajaran menjadi pondasi utama dalam kebijakan ini. Sejak pandemi COVID-19, banyak sekolah mulai terbiasa dengan penggunaan teknologi dalam proses belajar-mengajar, tetapi penerapannya masih belum merata. Digitalisasi pembelajaran memungkinkan siswa mengakses materi pelajaran dengan lebih fleksibel, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Guru juga dapat menggunakan berbagai sumber daya digital untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif. Dengan semakin berkembangnya teknologi, digitalisasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan agar siswa dapat bersaing di dunia yang semakin digital.
Salah satu aspek penting dalam digitalisasi pembelajaran adalah coding. Selama ini, coding sering dianggap sebagai sesuatu yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang tertarik dengan bidang teknologi informasi. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa belajar coding tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang ingin menjadi programmer, tetapi juga bagi semua siswa. Coding melatih cara berpikir logis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Dengan belajar coding, anak-anak dapat memahami bagaimana sistem di sekitar mereka bekerja, mulai dari aplikasi di ponsel hingga mesin otomatis di pabrik. Selain itu, keterampilan ini juga membuka peluang besar dalam dunia kerja di masa depan, mengingat banyak profesi yang kini membutuhkan pemahaman dasar tentang pemrograman dan teknologi digital (CNN Indonesia, 2025).
Selain coding, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan juga menjadi topik yang semakin penting dalam dunia pendidikan. AI sudah mulai diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pembelajaran. Teknologi ini memungkinkan adanya personalisasi dalam pendidikan, di mana sistem AI dapat menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, pemahaman tentang AI juga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Mereka tidak hanya akan menjadi pengguna AI, tetapi juga mampu memahami cara kerja teknologi ini serta dampaknya terhadap masyarakat.
Di berbagai jenjang pendidikan, penerapan digitalisasi pembelajaran, coding, dan AI dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Pada tingkat PAUD dan SD, konsep-konsep dasar teknologi dapat dikenalkan melalui permainan edukatif dan aktivitas interaktif. Anak-anak dapat belajar logika berpikir secara menyenangkan, misalnya melalui aplikasi yang mengajarkan coding dengan cara visual. Di tingkat SMP, siswa mulai diperkenalkan dengan dasar-dasar coding dan konsep AI sederhana, serta penerapan teknologi dalam proyek-proyek kecil. Kemudian, di tingkat SMA, pembelajaran coding dan AI bisa lebih mendalam dengan eksplorasi algoritma, pengembangan aplikasi, serta studi kasus penerapan AI di berbagai bidang.
Tentu saja, kebijakan ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah kesiapan infrastruktur. Banyak sekolah di daerah masih belum memiliki fasilitas teknologi yang memadai. Koneksi internet yang lambat dan kurangnya perangkat komputer menjadi hambatan dalam menerapkan digitalisasi pembelajaran secara optimal. Selain itu, tenaga pengajar juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan program ini. Tidak semua guru memiliki latar belakang teknologi, sehingga diperlukan pelatihan khusus agar mereka dapat mengajarkan coding dan AI dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah juga berencana untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru agar mereka dapat menguasai materi dan metode pengajaran yang sesuai (Puslapdik, 2025).
Meskipun ada tantangan, langkah pemerintah ini tetap patut diapresiasi. Dunia saat ini sedang bergerak menuju era di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membekali siswa dengan keterampilan digital, coding, dan AI sejak dini, Indonesia dapat mencetak generasi yang siap menghadapi masa depan. Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan, pendidikan di Indonesia tidak hanya beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi juga mampu menjadi pelopor dalam inovasi teknologi.
Mari bersama-sama mendukung transformasi pendidikan dengan semangat dan komitmen untuk membangun generasi yang lebih cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan global di era digital!