Artikel

Membentuk Karakter Anak Sejak Dini melalui Pembiasaan Berbahasa Positif
Saibatul Aslamiyah, S.Pd, M.Psi

Pembentukan karakter anak usia dini adalah bentuk sosialisasi awal mengenai pentingnya penguatan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan, maka dibangun sejak dini melalui pembentukan sikap, pembiasaan, dan keterampilan yang akan dilakukan oleh orang tua sebagai Role Model atau contoh keteladanan bagi anak. Pembentukan karakter dapat diterapkan perlahan-lahan dan jangan memaksa. Karena hakikatnya anak-anak tidak baik dipaksa, dan dibiarkan bebas mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan ingin disampaikan, selama mereka masih didalam batas anda tidak harus mengatur dan membatasi kreativitas dan pikiran mereka.

Perilaku anak berkembang bisa dibentuk atau diubah. Membentuk atau mengubah perilaku anak bisa dapat nasihat, perintah, larangan, atau ancaman. Tentu saja dengan menggunakan bahasa positif, yang akan mendatangkan perubahan positif pada diri anak. Banyak ahli perkembangan anak mengemukakan, kata-kata dan kalimat yang diucapkan orangtua pada Si Kecil dapat memengaruhi masa depannya, apakah ia akan tumbuh menjadi anak yang patuh atau malah menjadi pembangkang.

Berikut adalah 5 kata yang wajib Anda pakai saat berkomunikasi dengan anak yaitu :

1) Jadi…

Kata ‘jadi’ sangat berguna sekali ketika diucapkan kepada anak. Dikarenakan kata ini menyiratkan sebuah pujian atau dukungan untuk setiap perkembangan atau kemajuannya. Oleh karena itu, sering-seringlah mengucapkannya kepada anak, terutama ketika ia melakukan hal yang baik. Saat ia menerima pemberian seseorang dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Orangtua dapat mengatakan, “Nak, kamu sudah jadi anak baik karena mengingat untuk mengucapkan terima kasih.”

2) Berhenti…

Kata stop atau berhenti bisa menjadi senjata ampuh orangtua dalam mengalihkan perhatian anak, lalu tawarkan sesuatu yang lain kepadanya. Saat anak berlari-lari di dalam rumah padahal sudah waktunya tidur siang, orangtua bisa mengajaknya segera beristirahat dengan mengatakan, “Bagaimana kalau kita berhenti sejenak dan pergi ke kamar tidur untuk istirahat?”

3) Karena…

Anak cenderung suka melakukan sesuatu yang diminta orangtua apabila ia pun tahu akan pentingnya melakukan hal tersebut. Misalnya, saat Anda mengajak anak membereskan mainan, ungkapkan pula alasan mengapa ia harus membereskan mainannya itu. “Ayo, taruh mainanmu kembali ke dalam keranjang, supaya lantainya bersih dan kamu bisa bebas berjalan dengan leluasa!”

4) Ya!

Orangtua sangat mudah mengatakan kata ‘tidak’ kepada anak. Orangtua bahkan bisa mengucapkan kata ini setiap saat. Orangtua dapat dengan mengganti kata-kata negatif tidak atau jangan dengan ‘ya’. Menggunakan kata ya, bukan berarti Anda mengizinkan anak melakukan semua hal yang ia kehendaki. Ketika anak meminta untuk bermain-main di taman, hindari membalas permintaannya dengan mengatakan tidak. Tetapi anak bisa menggantinya dengan ucapan: “Ya, kita bisa ke taman setelah selesai makan siang.”

5) Ayo!

Apabila anak melakukan sesuatu yang membahayakan, misalnya bermain-main dengan guci yang mudah pecah, mungkin ibu akan bersuara keras, “Jangan sentuh gucinya!”.  Nah, bisa saja perintah ibu itu tidak berhasil. Bahkan, justru anak akan tetap menyentuh gucinya. Agar anak benar-benar tidak menyentuh guci, gunakan kata “mari” atau “ayo’ dalam kalimat orangtua. “Mari ke sini sayang, biarkan saja gucinya di sana!”

Task Force for Personal and Social Responsibilities di Amerika menjelaskan bahwa setiap hari orang mendengarkan 432 kata dan kalimat negatif dan hanya 32 kata dan kalimat positif. Sebanyak 80 persen kata-kata itu menyakitkan, memberikan dampak psikologis buruk, dan tidak memotivasi orang untuk bangkit. Sisanya, orang bertahan meskipun mendengar kata-kata tersebut. Oleh karena itu orang tua perlu belajar untuk tidak marah berlebihan apalagi mengancam anak.

Ada beberapa contoh bahasa negatif yang dampaknya pada anak akan membuat karakter anak bertambah negatif, dan bahasa positif yang dapat dilakukan oleh orang tua terhadap anak pra sekolah maupun usia sekolah. Berikut contoh-contoh bahasa negatif (BN) serta efeknya serta lawan dari bahasa negatif yaitu bahasa positif (BP) yang dapat diterapkan orangtua sebagai pembiasaan dalam berkomunikasi kepada anak.

a. Melabel

BN: Kok kamu ini males banget, ya..! Habis main selalu saja berantakan!”

Efek pada anak : anak tumbuh menjadi individu yang juga senang melabel orang lain.

BP: ”Sayang, kalau mainan ini dirapihkan kembali, pasti kamarmu jadi rapi. Ayo bunda bantu!”

b. Penolakan

BN: ”Bunda nggak akan ngajak kamu pergi lagi, soalnya kamu suka rewel dan banyak maunya”

Efek: Anak sulit untuk kooperatif/kerjasama dan juga sering melakukan penolakan.

BP: ”Kamu boleh ikut bunda/ayah belanja ke supermarket, tapi kita hanya beli sayur, buah dan susu saja ya !”

c. Merendahkan/tak menghargai.

BN: ”Bunda nggak peduli apa alasan kamu, pokoknya bunda minta habis olah raga atau berenang, bajumu dan perlengkapan olah ragamu harus kembali !”

Efek: Anak suka memaksakan kehendak, selalu merasa paling benar dan tak memiliki kemampuan mengembangkan alternatif atau pilihan lainnya.

BP: ”Apa yang bunda bisa lakukan untuk membantu, agar tiap usai olah raga atau berenang, kamu selalu ingat untuk membawa kembali peralatan olah ragamu ?”

d. Mengembangkan perasaan rendah diri.

BN: ”Kalau kamu selalu nakal kaya begini, nanti bunda panggilkan polisi/satpam deh!”

Efek: Anak jadi seseorang yang senang menakut-nakuti atau mengancam.

BP: “Bunda merasa sedih, bila kamu suka mengerjakan apa yang kamu inginkan, tanpa memberitahu bunda”

e. Merendahkan kemampuan anak.

BP: “Apa sulitnya sih pelajaran Bahasa Indonesia, masa’ cuma dapat 60!?

Efek: Anak akan merendahkan kemampuan orang lain, sulit menghargai usaha baik orang lain, selalu melihat sisi negatif orang lain.

BP: “Nak, lain kali nilaimu pasti bagus, asal kamu belajar sebaik mungkin !”

f. Mengancam anak.

BN: “Duh sarapan saja susahnya minta ampun. Terserah kamu deh. Nanti kalo di sekolah kamu pingsan, bunda gak mau tahu !”

Efek: anak mempunyai perilaku suka mengancam, melihat sisi negatif dari suatu hal dan perasaan khawatir yang tinggi.

BP: “Nak, sebelum berangkat sekolah, sebaiknya kamu sarapan dulu. Itu penting, apalagi hari ini kan ada pelajaran olah raga.

Demikan beberapa bahasa negatif yang harus dihindari oleh orangtua dalam berkomunikasi dengan anak sejak dini, dan perlahan membiasakan untuk selalu berbahasa positif kepada anak agar pembentukan sikap dan karakternya terbentuk lebih baik dan menjadi pembiasaan di dalam diri anak itu sendiri.

 

 

Bagikan ..

Noor Fatimah

Bagikan ..