Membangun Budaya Literasi dengan Membaca Nyaring
Ijah Rochimah Boru Sagala, S.Pd
Pernahkah mendengar istilah membaca nyaring dan apa yang terlintas di benak Anda?. Awalnya penulis berpikir bahwa membaca nyaring adalah membaca dengan lantang dan jelas agar siapapun yang ada di sekitar dapat mendengar dan menyimak.
Tetapi setelah mencari informasi lebih jauh, juga setelah mengikuti beberapa seminar terkait hal tersebut, definisi membaca nyaring adalah membaca dengan intonasi yang jelas, memperhatikan tanda baca, volume suara dan disertai nada, mimik dan ekspresi yang sesuai dengan apa yang dibaca.
Dalam definisi lainya, membaca nyaring yang juga populer dengan istilah read aloud adalah suatu aktivitas sederhana di mana seorang dewasa meluangkan waktunya untuk membacakan cerita dalam sebuah buku kepada anak secara kontinyu, sehingga diharapkan anak terbiasa cermat dalam mendengar dan menyimak.
Membaca nyaring di beberapa tahun ini tengah diangkat sebagai salah satu metode membaca yang dikampanyekan, khususnya di jenjang SD. Dari berbagai metode membaca lainnya, membaca nyaring merupakan aktivitas membaca yang menarik, menyenangkan, dan mudah untuk diterapkan di kelas dalam pembelajaran.
Terlebih saat ini kecakapan literasi sangatlah perlu untuk ditingkatkan. Melihat kembali hasil dari beberapa survey seperti PISA (Programme Internasional Student Assesment) di tahun 2018 menunjukan bahwa Indonesia ada di peringkat 74 dari 79 negara, kemampuan literasi matematika Indonesia ada diposisi 73 dari 79 negara. Kemampuan literasi sains Indonesia ada di posisi 71 dari 79 negara. Data yang lain adalah hasil Assesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi, dan dua dari tiga peserta didik belum mencapai kompetensi numerasi. Hal ini dapat diartikan bahwa kecakapan literasi khususnya minat dan ketertarikan pada aktivitas membaca masihlah minim, sehingga diperlukan berbagai metode yang dapat menggugah ketertarikan siswa pada aktivitas membaca.
Di tataran dunia internasional, peringatan hari membaca nyaring diramaikan setiap tahun, tepatnya pada minggu pertama di Bulan Februari sebagai “World Read Aloud Day”.
Moment hari peringatan ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan seni dalam membaca dan praktik membaca dengan suara yang lantang, juga sebagai bentuk kampanye untuk mengembalikan tradisi atau budaya membaca serta gerakan literasi.
Meskipun membaca nyaring termasuk metode membaca yang sederhana dan mudah, namun ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan membaca nyaring pada siswa, berikut poin-poin yang harus diperhatikan:
- Pilihlah buku bacaan bermutu dengan tema dan judul yang menarik
- Kuasai isi cerita buku yang akan dibacakan
- Kondisikan siswa agar siap menyimak dengan ice breaking atau sapaan
- Buku selalu dihadapkan ke arah siswa dan tidak ditekuk
- Memegang buku dari bagian bawah agar gambar & tulisan dalam buku tidak tertutupi
- Tanyakan terlebih dahulu pada siswa, perkiraan mereka tentang isi buku
- Awali membaca nyaring dengan membacakan judul, pengarang, dan penerbit
- Bacalah buku, sampaikan isi cerita dengan intonasi, tanda baca, jeda dan nada yang sesuai
- Perhatikan kontak mata dengan siswa pendengar
- Akhiri dengan menggali tentang apa yang siswa dengar dan simak dari buku yang telah dibacakan
Kesepuluh poin di atas adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menerapkan membaca nyaring. Hal pendukung lainnya yang tak kalah penting adalah ketersediaan buku juga kesesuaian isi buku dengan usia siswa.
Dalam satu kebijakan yang digulirkan Kemendikbudristek program Merdeka Belajar di episode ke 23 yaitu pemanfaatan buku bacaan bermutu membaca nyaring adalah satu poin metode yang diangkat. Dan dalam kebijakan inipun 3 hal yang dilahirkan yaitu:
- Mencetak dan mendistribusikan 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu ke daerah 3T
- Pengelolaan pemanfaatan buku bacaan bermutu untuk sekolah sasaran yang telah ditentukan
- Perjenjangan buku
Di poin yang ke 2 pemanfaatan buku bacaan bermutu, membaca nyaring adalah salah satu contoh memanfaatkan buku secara optimal. Di mana memperkenalkan buku secara fisik, menyampaikan informasi yang ada dalam buku, dan juga mentransfer berbagai muatan yang ada dalam buku dengan cara yang menyenangkan, kesemuanya adalah bentuk pemanfaatan buku bacaan.
Mengambil sebuah istilah yang cukup populer “Teori tanpa praktek bagaikan orang lumpuh, sedangkan praktek tanpa teori bagaikan orang buta”. Bila dapat menyatukan keduanya hasil akan lebih sempurna. Mari kita praktekkan membaca nyaring, untuk membangun budaya gembira membaca.