BerBaRing: “Literasi Membaca dalam Pembelajaran dan Asesmen Kompetensi Minimum”
Oktora Melansari, S.Sos, MA
“Bicara Literasi, ada even besar yang akan dilaksanakan pertama kali di tahun ini yaitu Asesmen Nasional (AN) yang berbeda secara substansi dengan UN. Di dalam AN, salah satu hal yang akan diujikan adalah Asemen Kompetensi Minimum (AKM), selain dari Survey Karakter, dan Survey Lingkungan Belajar. Di dalam AKM salah satunya terdapat komponen Literasi yang dapat berlaku untuk semua mata pelajaran”, demikian disampaikan oleh Koordinator Fungsi FPMP dan Kerjasama PMP, Widyatmo, M.Pd, dalam arahannya pada pembukaan kegiatan Belajar Bersama dalam Jaringan (BerBaring) Edisi Jumat, 20 Agustus 2021. Berbaring kali ini bertema “Literasi Membaca dalam Pembelajaran dan Asesmen Kompetensi Minimum” yang menampilkan narasumber Foy Ario, M.Pd (SMAN 12 Jakarta), dan dipandu moderator Susiah Budiarti, M.Pd (Widyaprada LPMP Provinsi DKI Jakarta).
Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 300 peserta secara daring ini mengulas tentang seputar Literasi Membaca dalam pembelajaran dan kaitannya dengan AKM. Literasi membaca merupakan hal mendasar bagi anak untuk dapat mengerti berbagai hal yang terjadi di lingkungannya. Melalui literasi membaca, anak memperoleh informasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pembelajaran. Literasi merupakan salah satu komponen AKM yang akan diujikan dalam AN.
Dalam paparan materinya, narasumber yang juga merupakan Instruktur Literasi Nasional menjelaskan bahwa Literasi Baca-Tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial. Selain membahas tentang pengertian Literasi Dasar, dijelaskan pula tentang komponen asesmen berbasis literasi, strategi literasi, cara membaca infografis, dan sosialisasi literasi di sekolah, berikut cara mengimplementasikannya dalam bentuk contoh-contoh Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Selain itu, para guru dan tenaga kependidikan diajak berdiskusi secara interaktif terkait serba serbi literasi.
Berdasarkan data penelitian Pemeringkatan Literasi melalui Indeks Literasi Nasional oleh Kemdikbud, 99,76 % penduduk Indonesia usia 15-24 tahun sudah Melek Aksara, namun 71% di antaranya termasuk kategori aktivitas literasi rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik Indonesia sudah mampu membaca namun masih mengalami buta huruf fungsional; mereka mampu membaca namun tidak dapat menangkap pesan dari apa yang sudah mereka baca, mereka masih kesulitan dalam memahami konteks wacana dengan tepat terhadap teks yang mereka baca, dan masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan berdasarkan informasi dalam teks. Sumber : Panduan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Tahun 2020.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu butirnya menetapkan adanya budaya baca yang diawali dengan kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peraturan ini dikuatkan dengan ditetapkannya program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai sebuah gerakan yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kebiasaan membaca di lingkungan sekolah. Gerakan ini membina dan mengembangkan budaya baca di sekolah dengan program yang melibatkan seluruh warga sekolah (whole-school). Hasil dari GLS diharapkan mampu membekali peserta didik dengan kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
GLS di masa pandemi dapat dilakukan antara lain dengan pembiasaan 15 menit membaca secara daring melalui aplikasi zoom meeting, penggunaan aplikasi Google Classroom (GCR) untuk penugasan dan pembuatan jurnal literasi kelas, pelaksanaan Bedah Buku, Festival Literasi dan Bulan Bahasa secara berkala untuk jangka panjang .
Diskusi yang berlangsung interaktif, beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta antara lain bagaimana menumbuhkan minat baca siswa?. Pertanyaan senada yang dipertanyakan oleh Suwarti, Rusva dan Fadli dijawab oleh narasumber, “Biarkan mengalir dengan pembiasaan 15 menit membaca, hal tersebut akan terlihat pada pengiriman laporan, jangan langsung menilai anak dengan predikat ‘bandel’. Secara perlahan akan terlihat perkembangan anak apabila terus dilakukan pembiasaan”.
Dengan mengikuti kegiatan ini diharapkan para peserta khususnya guru dapat mempersiapkan ANBK dengan sebaik-baiknya. Namun bukan sekedar mengejar target agar anak dapat mengerjakan soal AKM dengan baik, tetapi lebih kepada membiasakan anak berliterasi.
Episode BerBaRing selengkapnya dapat anda saksikan melalui kanal Youtube Official LPMP DKI Jakarta pada link: https://bit.ly/LiterasiPembelajarandanAKM.
.