Kurikulum Transisi Berbasis Keluarga di Tatanan Baru
Sri Rakhmawanti
Pada tanggal 13 Juli 2020 lalu, LPMP DKI Jakarta mengadakan Belajar Bersama dalam Jaringan (BBdJ) Edisi Khusus. Mengapa edisi khusus?
Pada BBdJ kali ini hadir Kepala LPMP DKI Jakarta Bapak Moch. Salim Somad, S.Kom, M.Pd sebagai keynote speaker yang menyampaikan materi “Merdeka Belajar : Pembelajaran yang Bermakna”. Dalam pemaparan beliau disampaikan konsep merdeka belajar dalam konteks pembelajaran bermakna untuk mempersiapkan peserta didik di masa depan melalui pembelajaran jarak jauh yang saat ini harus dilakukan karena pandemi Covid-19.
Pemateri pada BBdJ kali ini adalah seorang akademisi dan praktisi dunia pendidikan yaitu Bapak Dr. Martadi, M.Sn dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Pengalaman Pak Martadi di dunia pendidikan tak diragukan lagi. Beliau pernah menjadi guru SD, kepala sekolah SMP, direktur sekolah alam di Surabaya, dewan pendidikan Kota Surabaya, penulis buku pendidikan, penulis artikel pendidikan di Jawa Pos, dan hasil penelitian doktoralnya adalah membuat media pembelajaran berbasis keunggulan lokal. Pak Martadi menyampaikan materi “Kurikulum Transisi Berbasis Keluarga di Tatanan Baru”.
Duet Pak Salim dan Pak Martadi pada BBdJ kali ini mendapat respon peserta yang sangat antuasias.
Berikut ini adalah isi dari paparan Pak Salim dan Pak Martadi. Semoga bermanfaat.
Merdeka belajar merupakan konsep yang diluncurkan Kemendikbud sebagai upaya memberikan keleluasaan kepada dunia pendidikan untuk bisa menguatkan kompetensi yang diperlukan anak di masa depan. Untuk dapat melakukan itu, perlu menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi anak agar anak mampu hidup di masanya nanti. Kompetensi masa depan yang akan memberikan ketahanan pada anak untuk hidup di masanya adalah:
- Berpikir kritis : kemampuan memproses informasi secara kritis dan merespon berbagai hal yang terjadi dan berusaha untuk mencari tahu
- Kemampuan berkomunikasi dan memecahkan masalah : mampu menyampaikan gagasan dengan lugas dari hasil pemikirannya atau hasil kajiannya
- Kolaborasi/kemampuan bekerja sama : mampu menjadi tim yang saling mendukung dan membantu untuk mencapai tujuan bersama
- Kemampuan berempati/beradaptasi di berbagai budaya : kemampuan untuk merespon situasi dan kondisi yang terjadi dengan kasih sayang dan menghormati berbagai perbedaan
- Kreativitas : kemampuan menciptakan sesuatu yang baru atau menghadirkan sesuatu yang baru dari merakit apa yang telah ada
- Kemampuan berkonektivitas : ketrampilan untuk berkoneksi yang tidak dibatasi ruang dan waktu
Saat wabah Covid-19 ini muncul seluruh aktivitas manusia dibatasi, termasuk kegiatan pembelajaran—baik di jenjang sekolah dasar sampai jenjang perkuliahan mulai menerapkan kegiatan belajar dari rumah. Pembelajaran jarak jauh/home learning yang sekarang ini dilaksanakan merupakan solusi terbaik pada situasi saat ini, mengingat penyebaran Covid-19 yang cukup pesat dan belum ada vaksinnya. Perubahan pembelajaran saat ini merupakan perubahan yang tentunya tidak lepas dari kegundahan para guru, kegelisahan orang tua dan kebingungan peserta didik. Akan tetapi perubahan ini justru memberikan kesempatan bagi semua untuk mulai beradaptasi pada situasi yang nanti akan dijalani oleh anak-anak di masa mendatang. Pembelajaran saat ini merupakan titik tolak mempersiapkan anak-anak di masanya nanti.
Perlu kita sadari bahwa kita ingin anak-anak kita menjadi sejahtera hidup di zamannya nanti, maka perlu dibekali pembelajaran yang membuat mereka sejahtera (PROSPER, dalam Bahasa Inggris). Kata PROSPER memiliki arti di setiap hurufnya, dan di setiap huruf itu mengandung makna bagaimana kita perlu menghadirkan pembelajaran.
PROSPER = Positivity, Relationship, Outcome, Strength, Purpose, Engagement, Resilience
- Positivity : bagaimana mendesain pembelajaran yang menumbuhkan sikap postif anak, misalnya dengan memotivasi anak.
- Relationship : bagaimana mendesain pembelajaran yang membangun hubungan komunikasi antara guru dengan anak, anak dengan anak, dan anak dengan orang tua, misalnya ada pertemuan secara online.
- Outcome : bagaimana mendesain pembelajaran yang memiliki dampak yang jelas, misalnya membuat olahan makanan seperti tempe.
- Strength : bagaimana mendesain pembelajaran yang menginisiasi anak untuk bergerak, mengaktifkan psikomotoriknya, misal olah raga.
- Purpose : bagaimana mendesain pembelajaran yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur, misalnya menanam tanaman sayur/bunga.
- Engagement : bagaimana mendesain pembelajaran yang menginisiasi anak untuk melakukan hal bersama dengan keluarga, misalnya merapikan tempat tidur.
- Resilience : bagaimana mendesain pembelajaran yang membuat anak memiliki daya juang, misalnya memasak, menyetrika atau yang lainnya.
Lalu bagaimana menghadirkan pembelajaran itu? Saat ini terjadi perubahan sangat besar di dunia pendidikan. Hal-hal yang tadi tidak menjadi perhatian kini menjadi suatu keharusan untuk dilakukan dalam menyelenggarakan pendidikan. Saat nanti pembelajaran dilaksanakan di sekolah, akan terjadi perubahan budaya sekolah, seperti berjalan berjauhan, kebiasaan mencuci tangan, pengukuran suhu badan, tidak bersalam-salaman, duduk berjarak, dan tidak bisa berbincang berkumpul. Ini akan menjadi wajah baru budaya sekolah di era pandemik yang selama ini tak pernah dibayangkan. Perubahan budaya yang tadinya guyub (saling membaur) menjadi lebih individual tentu perlu pengawalan yang serius agar jangan sampai mengikis budaya kebersamaan yang selama ini telah ditanamkan. Wabah Covid-19 telah mengubah cara belajar dan mengajar.
Telah terjadi disrupsi kebutuhan hidup di situasi pandemik ini. Yang menjadi kebutuhan mendasar saat ini adalah wifi dan baterai untuk gadget. Dulu orang datang ke kedai kopi untuk membeli secangkir kopi, kini orang datang ke kedai kopi untuk mendapatkan wifi dengan membeli secangkir kopi. Perubahan ini tentunya perlu disikapi secara bijak karena sangat mempengaruhi pola pembelajaran saat ini. Pembelajaran yang menjadi solusi saat ini adalah pembelajaran jarak jauh/e-learning. Ketika kebijakan belajar di rumah/home learning harus dilakukan maka perlu didesain kurikulum yang lebih sederhana tanpa mengurangi makna capaian kurikulum 2013.
Program Merdeka Belajar dimaksudkan memberikan keleluasaan ke sekolah untuk memberikan inovasi yang bisa digunakan untuk belajar. Menteri Nadiem Makarim meminta kurikulum tidak memberatkan siswa namun capaian kompetensi minimal tetap dapat terpenuhi dan mekanisme ke depan dengan penekanan sesuai ideologi Pancasila, yang bisa kita sebut kurikulum transisi. Kemendikbud telah memilih kompetensi dasar yang paling esensial diterapkan saat ini.
Lalu seperti apakah kurikulum transisi? Kurikulum transisi merupakan penyederhanaan Kurikulum 2013; memberikan ruang merdeka belajar; menekankan karakter, soft skills, literasi, numerasi; menggunakan pembelajaran sinkronous, menuntut perubahan orientasi peran guru; berorientasi home based learning (berbasis keluarga); dan membutuhkan perencanaan sederhana yang aplikatif. Kurikulum transisi ini perlu disusun agar capaian peserta didik dapat dipenuhi dengan situasi kondisi saat ini.
Berikut ini tips bagi guru untuk mendesain pembelajaran jarak jauh/home learning agar mudah dan menyenangkan bagi peserta didik, guru dan orang tua.
Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama – Ki Hadjar Dewantara