Artikel

Jauh di Mata, Dekat di Hati (Hikmah dari Penyebaran Virus Covid-19)
Aznalely Mayetri, M.Pd. - Guru SDN Tanjung Barat 03 Pagi

Cara pemerintah Indonesia memutuskan mata rantai penyebaran Virus Covid-19 yaitu dengan melakukan Work From Home (WFH). Ini berlaku untuk semua instansi baik pemerintah maupun swasta. Tidak luput bagi dunia pendidikan, para siswa dan guru melakukan KBM dengan kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Dinas Pendidikan sudah membantu proses belajar mengajar secara daring sejak hari pertama diberlakukannya kegiatan Home Learning.

Semula kebijakan berlaku 14 hari di Provinsi DKI Jakarta yang juga diikuti daerah-daerah lainnya, melaksanakan kegiatan belajar peserta didik di rumah. Namun dengan melihat keadaan yang sangat memprihatinkan, setiap hari berjatuhan korban akibat Virus Covid-19,  maka masa penghentian kegiatan di luar benar-benar keras dan tegas.

Lock Down! Membuat murid-muridku jenuh dan bosan. Sebagai guru mereka, tak henti kusampaikan maksud baik semua ini. Meski aku percaya, di rumah mereka masing-masing juga sudah pasti mendapat pengertian dari orang tuanya. Muridku kelas VI. Seketika mereka terhentak menghadapi kenyataan ini. Betapa tidak, ujian praktik yang tengah mereka laksanakan berhenti seketika. Pendalaman materi sebagai tambahan bekal menghadapi Ujian Nasional tidak dilanjutkan lagi. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan tahun ini tidak ada Ujian Nasional. Bahkan persiapan wisuda kelulusan yang mereka impikan sirna semuanya.

Dalam keguncangan murid-muridku, aku tak mau mereka sedih dan merasa sia-sia. Sejak pemberlakuan Home Learning, selalu kuhibur mereka dengan pembelajaran-pembelajaran yang menyenangkan. Aku memilih mengikuti pelajaran yang dibagikan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta bekerja sama dengan Pusat Studi Pendidikan, yang setiap harinya mengirimkan Rencana Pembelajaran metode belajar mengajar daring. Ternyata murid-muridku hampir semuanya senang mengikuti pelajaran online yang sudah aku modifikasi. Bukan hanya sekadar ilmu pengetahuan atau keterampilan saja yang mereka dapat, namun penerapan pembiasaan dan membangun sikap hidup sehat dan teratur mulai mereka rasakan.

Kami berkomunikasi melalui WAG siswa kelas VI.A. Meskipun ada beberapa kendala, seperti kehabisan kuota, atau berbagi HP bersama orang tua, namun aku dan murid-murid tetap semangat menjalankan Home Learning.

Banyak hikmah yang aku dapat melalui masa lock down. Kuajak murid-murid untuk merenungi maksud Allah menurunkan tentara kecil-Nya yang berupa virus mematikan. Di pekan pertama, aku mengajak mereka untuk membuat sebuah puisi tentang wabah ini. Menuliskan renungan saat kita berada di rumah. Melakukan aktivitas apa saja di rumah, hingga belajar sekolah pun kita harus di rumah.

Apa maksud Allah sehingga kita harus seperti ini?. Apa tujuan pemerintah negara melakukan Home Learning?. Ketika kedua orang tua menjadi guru kita di rumah. Ketika kedua orang tua menyaksikan keseharian kita tanpa jeda di rumah. Dan ketika semua tagihan tugas belajar harus kita selesaikan sesuai waktunya di rumah. Apa hikmah dibalik petaka ini semua?.

Berbaik-baiklah kalian di rumah, karena rumah adalah tempat terindah di dunia ini. Di mana kita selalu dapat belaian lembut kedua orang tua, kasih sayangnya, dan pelayanannya. Karena rumah adalah syurga teragung di dunia ini. Di mana kita selalu dapat beribadah dengan khusyuk dan berjamaah bersama keluarga. Karena rumah adalah ruang sehat kita di dunia ini. Di mana kita dapat beristirahat di pembaringan yang nyaman dalam perawatan kedua orang tua. Karena rumah juga adalah taman bermain yang menyenangkan di dunia ini. Di mana kita dapat bercengkrama dengan kedua orang tua, adik dan kakak. Terakhir, rumah adalah tempat penyadaran diri kita masing-masing untuk merenungi apa-apa yang telah kita lakukan sepanjang hembusan nafas yang sudah Allah berikan. Apakah selama ini kita sudah mengikuti apa yang telah diperintahkan-Nya? Dan apakah selama ini kita telah berbakti kepada-Nya? Berserah diri, tunduk, dan malu saat menghitung dosa-dosa…

Alhasil, buku Antologi itu telah selesai aku susun. Tiga puluh dua muridku antusias mengirimkan puisinya, dan segera ingin melihat hasilnya. “Sabar ya, Nak… Ibu akan bawa ke percetakan dulu”.

Selain dari hasil karya kolaborasi, ada beberapa hikmah lain yang aku temui, yaitu:

  • Saat di sekolah ada muridku yang pemalu dan pendiam, kini melalui Whatsapp, banyak kata-kata yang disampaikannya.
  • Saat di sekolah ada muridku yang kurang kreatif, kini berkat lapangnya waktu dan kebebasan dalam berkarya, muridku jadi kreatif.
  • Saat di sekolah ada muridku yang malas, kini berkat cara belajar IT melalui video atau tautan, muridku jadi rajin dan antusias.
  • Saat di sekolah ada muridku yang kurang percaya diri, kini berkat semangat dan merasa privasi kuperhatikan melalui WA, muridku bertambah percaya diri.
  • Saat di sekolah ada muridku yang suka mengabaikan pelajaran dan guru, kini berkat banyaknya renungan-renungan, muridku menjadi lebih santun dan patuh dalam bersikap dan berkata-kata.

Ya, seperti judul ini ternyata Jauh di Mata, Dekat di Hati. Aku semakin rindu pada murid-muridku. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir, aku dan murid-muridku dapat berjumpa kembali. Maafkanlah dosa dan kesalahan kami, ya Allah. Pulihkanlah kembali bumi ini dengan anugerah dan kasih sayang-Mu. Agar kami dapat melakukan aktivitas seperti semula.

Aznalely Mayetri, M.Pd adalah guru kelas VI di SDN Tanjung Barat 03 Pagi. Mengajar sejak tahun 1990 berawal dari Taman Kanak-Kanak. Sebelum mutasi, penulis sudah aktif dalam kegiatan menulis di tempat tugas lamanya. Beberapa karya tunggalnya sudah ada di Perpustakaan Nasional, Perpustakaan PGRI DKI, dan Perpustakaan LPMP DKI Jakarta.

 

Bagikan ..

Eyoni Maisa

Bagikan ..