“Hybrid/Blended Learning, Menjawab Tantangan Tatanan Normal Baru”
Oktora Melansari, S.Sos, MA
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu“. (Ali bin Abi Thalib)
Mendidik siswa sesuai dengan zamannya menuntut kita mengubah cara mengajar. Diperlukan transformasi, keberanian berinovasi, serta kemauan beradaptasi dengan kondisi saat ini. Hal ini dibahas melalui tema BerBaRing pada Jumat, 10 September 2021 “Menyiapkan Pembelajaran Hybrid/Blended Learning yang Berorientasi Merdeka Belajar di Tatanan Normal Baru” yang menampilkan narasumber salah seorang pakar pendidikan Dr. Martadi, M.Sn (Dosen UNESA) serta dipandu oleh Dini Pratiwindya, M.Pd (Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda LPMP Provinsi DKI Jakarta).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang paling memungkinkan saat ini, namun kenyataannya siswa merasa sudah cukup bosan dengan pola tersebut, sehingga diperlukan strategi belajar yang membuat siswa tidak merasa bosan, merasa senang, dan termotivasi untuk belajar. Menghadapi era tatanan normal baru diperlukan strategi Hybrid/Blended learning. Apa itu hybrid learning, apa perbedaannya dengan blended learning, apa saja tantangan pembelajaran, serta bagaimana cara merancang pembelajarannya yang sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, dibahas dengan jelas dan tuntas pada kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 200 orang peserta secara daring.
Narasumber yang juga merupakan konsultan pendidikan ini menjelaskan bahwa Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah memberi pilihan kepada siswa untuk menentukan sendiri belajarnya baik konten yang dipelajari, strategi belajar yang sesuai, dan jenis asesmen yang digunakan (personalized learning). Dalam pelaksanaan konsep Merdeka Belajar tersebut, terdapat konsep Blended Learning yaitu gabungan pembelajaran secara tatap-muka dan secara virtual atau kombinasi pengajaran langsung dan pengajaran online. Sedangkan Hybrid learning adalah menggabungkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yakni pembelajaran tatap muka, pembelajaran berbasis komputer, dan pembelajaran berbasis online (internet dan mobile learning).
Prinsip dasar Hybrid/Blended Learning adalah:
- Learning is open (belajar adalah terbuka)
- Learning is social (belajar adalah sosial)
- Learning is personal (belajar adalah personal)
- Learning is augmented (belajar adalah terbantukan)
- Learning is multirepresented (belajar adalah multirepresentasi/multiperspektif)
- Learning is mobile (belajar adalah bergerak)
Selanjutnya dijelaskan pula Perencanaan Pembelajaran Hybrid/Blended Learning disertai contoh-contoh penerapannya.
Paparan materi dilanjutkan dengan diskusi interaktif melalui kolom chat dan pertanyaan langsung. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah dari Ratna Sari Harjanti, Guru SMPN 180 Jakarta, yang menanyakan tentang kendala proses penilaian di raport bila menerapkan Hybrid/Blended Learning. Hal ini dijelaskan oleh narasumber bahwa seharusnya guru juga punya kemerdekaan dalam menilai. Inti dari raport itu seharusnya otentik dan informatif, memberi informasi kepada semua pihak tentang kemampuan siswa, bila berupa nilai justru cenderung menjustifikasi/menghakimi anak dengan nilai tertentu.
Masih banyak lagi pertanyaan dan penjelasan yang sangat menarik untuk disimak, tayangan selengkapnya dapat disaksikan melalui tautan Youtube Official LPMP DKI Jakarta
https://bit.ly/PembelajaranHybridBlendedLearning