Artikel

Guru Istimewa di Lautan Artificial Intelligence
Uswatun Hasanah - Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta

Di sebuah Sekolah Menengah Atas terpampang billboard dengan ukuran besar sehingga setiap orang yang lalu lalang di depannya dapat dengan mudah mengetahui isinya yaitu tentang ucapan:

“Selamat kepada Ananda XX atas kelulusannya di PT Luar Negeri YY”

Bentuk apresiasi sekaligus publikasi marketing yang menarik bagi calon peserta didik yang akan melanjutkan SMA.

Namun apakah kisah menarik sesungguhnya di balik ini?

Seorang siswa di rentang usia 15 hingga 18 tahun adalah masa dengan “krisis identitas” yaitu pribadi yang tengah berjuang untuk mengetahui berbagai potensi, minat, bakat, kekuatan, kelemahan dan sederatan profil lain dirinya menuju nilai, tujuan, pilihan masa depan pendidikan lanjutan di Perguruan Tinggi.

Menurut Piaget tentang teori perkembangan kognitif, di usia 12 tahun ke atas remaja mulai dapat berpikir abstrak dan logis. Mereka dapat merumuskan hipotesis, berpikir secara sistematis tentang kemungkinan, dan memahami konsep-konsep kompleks. Hal ini menunjukkan potensi kecerdasan di usia remaja sudah berkembang sehingga dapat berpikir untuk pengambilan keputusan tentang situasi yang belum pernah mereka alami dan menggunakan penalaran deduktif. Namun optimalisasi perkembangannya sangat dipengaruhi peranan dari lingkungan sekolah dan keluarga. Interaksi dengan guru, teman sebaya, dan pengalaman belajar sangat mempengaruhi perkembangan psikologis remaja begitu pula dukungan dan dinamika keluarga memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan kesejahteraan emosional remaja.

Selain itu paparan media dan teknologi turut membentuk persepsi diri, hubungan sosial, dan perkembangan moral remaja. Penggunaan perangkat artificial intelligence saat ini dengan mudah membantu setiap orang (termasuk siswa) mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan termasuk pilihan jurusan maupun profesi yang akan dijalani. Bagaimanakah peran guru selanjutnya?

Pendidikan tinggi adalah salah satu cara untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan kompetitif. Persaingan di dunia kerja menuntut SDM Indonesia untuk memiliki keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, siswa sudah diharuskan memilih jurusan yang tepat saat memasuki perguruan tinggi.

Hasil penelitian Youthmanual selama dua tahun dengan jumlah responden 400.000 profil dan data siswa serta mahasiswa di seluruh Indonesia mengungkapkan bahwa 92% siswa SMA/SMK sederajat bingung mengenai masa depan mereka sementara 45% mahasiswa merasa salah dalam memilih jurusan. Penelitian juga menunjukkan bahwa kesulitan dalam memilih jurusan disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa dan mahasiswa mengenai bakat dan potensi mereka.

Di era digital yang terus berkembang, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) memainkan peran yang semakin besar dalam berbagai aspek termasuk pendidikan. AI memiliki potensi besar untuk mendukung perkembangan psikologis dan pendidikan siswa di SMA dengan cara membuat pembelajaran lebih personal, meningkatkan aksesibilitas, memantau kesejahteraan, dan memberikan bimbingan yang lebih efektif.

Meskipun AI membawa banyak kemudahan dan inovasi, peran guru tetap menjadi salah satu elemen kunci yang tidak tergantikan. Guru tetap memiliki peran utama dalam proses menganalisis potensi, minat, kelebihan, dan kelemahan seorang peserta didik dan pembentukan karakternya. Teori Kecerdasan Majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan tidak tunggal melainkan terdiri dari berbagai jenis kecerdasan, sehingga setiap siswa dapat memiliki beberapa atau gabungan dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis sehingga butuh pengamatan dan kolaborasi dari guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta keluarga untuk menginventarisir potensi tersebut pada setiap siswa.

Proses identifikasi minat, bakat dan potensi peserta didik dapat dilakukan dengan integrasi AI. Guru dapat memanfaatkan berbagai jenis tes seperti tes minat (Interest Inventories) semisal Strong Interest Inventory atau Holland’s Self-Directed Search membantu mengidentifikasi minat karir dan aktivitas, Tes Kepribadian (Personality Tests) seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) atau Big Five Personality Traits, untuk memahami kepribadian dan bagaimana hal itu mempengaruhi preferensi belajar, hingga Tes Bakat dan Kecerdasan (Aptitude and Intelligence Tests) seperti Tes Bakat Diferensial (DAT) atau Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) dapat menjadi alat bantu proses inventarisasi profil peserta didik.

Namun tidak hanya itu proses asesmen membutuhkan informasi tidak hanya tertulis melainkan membutuhkan interaksi secara langsung dengan peserta didik yang bisa diperoleh melalui observasi langsung untuk mengamati bagaimana siswa berinteraksi dalam kegiatan kelas, kolaborasi kelompok, dan keterlibatan dalam diskusi. Media wawancara dan diskusi juga dibutuhkan oleh guru dan konselor sehingga mendapatkan perspektif langsung dari siswa, membantu memahami minat dan aspirasi mereka yang mungkin tidak terdeteksi melalui data saja. Hasil tes tertulis yang sudah dilakukan sebelumnya dapat digunakan sebagai basis data untuk dikonfirmasi dan konfrontasi secara langsung. Selanjutnya metode asesmen dan penilaian autentik peserta didik lainnya dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran berbasis projek hingga gamifikasi. Dengan mengintegrasikan AI dalam pembelajaran, dapat membantu merancang proyek yang sesuai dengan minat dan bakat siswa berdasarkan data yang dikumpulkan, memastikan proyek tersebut menarik dan menantang. Sementara integrasi elemen gamifikasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, serta memberikan data tambahan tentang minat dan bakat mereka melalui aktivitas yang mereka pilih dan cara mereka berinteraksi dengan konten.

Proses identifikasi portofolio area kekuatan, kelemahan, potensi, minat dan bakat seorang siswa membutuhkan waktu dan observasi agar dapat dianalisa dengan maksimal. AI hanyalah sebagai suatu alat dan bukan tujuan akhir dari pendidikan. Melalui AI guru dapat menggunakan data dan analisis tersebut untuk didiskusikan dalam rapat kolaboratif mengenai perkembangan siswa dan membuat keputusan yang lebih informasional tentang intervensi dan dukungan yang diperlukan. Selanjutnya AI dapat membantu menyusun rencana pembelajaran individual untuk memenuhi kebutuhan khusus setiap siswa.

Bukan hal yang mudah bagi seorang siswa untuk memutuskan “pilihan hidup” yang akan diambil menjelang akhir masa pendidikan menengah. Integrasi AI dan guru dalam menilai minat, bakat, dan potensi peserta didik memungkinkan pendekatan yang lebih holistik dan personal. AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data dengan cepat dan akurat, sementara guru memberikan wawasan kualitatif dan pendekatan personal yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Kolaborasi ini menghasilkan penilaian yang lebih menyeluruh dan rencana pengembangan yang lebih efektif untuk setiap siswa.

Akhirnya kisah di balik layar billboard ucapan selamat di atas merupakan pesan tentang peran seorang guru yang dapat membangkitkan “hidden gem” siswa hingga dapat mengenali potensi diri, minat dan bakat yang diinginkannya dengan rasa percaya diri. Berawal dari hasil analisa dan pengamatan personalisasi dari sang guru tentang potensi murid yang ditindak lanjuti dengan tantangan untuk mengikuti lomba projek penelitian di tingkat internasional akhirnya membuka pintu gerbang bagi peserta didik tersebut untuk menemukan minat, bakat, potensi dan tujuan karier yang diinginkannya Hal ini dibuktikan dengan perolehan beasiswa di beberapa perguruan tinggi di luar negeri yang dimimpikan peserta didik tersebut selama ini. (https://dki.kemenag.go.id/berita/tiga-siswa-man-4-jakarta-diterima-di-13-kampus-luar-negeri-M6tm8)

Ketika aku dan ego zamanku membuat lajuku mendahuluimu
Mengertilah dan bersabarlah, tetaplah menyertai di belakang atau disampingku
Untuk memastikan langkahku tetap lurus pada tujuan kebaikan
Hingga kelak suatu hari menjadi jalan kebahagiaan tak ternilai, untukmu guruku.
#(telah13)

Bagikan ..

alino

Bagikan ..