Opini

DARK SPOT


Adzan zuhur berkumandang di masjid At Tarbiyah LPMP Provinsi DKI Jakarta.

Bukan hanya karena mengusahakan sholat tepat waktu, teriknya matahari juga semakin mempergegas langkahku ke sana.

Di usia kepala 4, rangsangan sinar ultra violet yang berlebihan cukup mengkhawatirkan sebagai pemicu timbulnya bercak hitam dan tanda-tanda penuaan dini lainnya di wajah.

 

Aku jadi tersenyum sendiri,

Di era 90-an, saat usia sekolah aku sering menggunakan angkutan umum bemo (semacam angkot) untuk berangkat atau pulang sekolah.

 

Saat aku naik kemudian duduk, terdengar bisik-bisik beberapa wanita sambil melihat ke arahku.

“Kulitnya halus banget ya.. putih kemerahan-kemerahan. Lucu jadi pengen nyubit.”

 

Tentu saja saat itu, kulit kemerah-merahan efek teriknya matahari belum mengkhawatirkanku dan komplimen tersebut bukan menjadi hal yang luar biasa untukku.

Di usia yang masih menggunakan seragam putih biru, aku sendiri belum menyadari sepenuhnya salah satu anugerah Sang Pencipta yang luar biasa tersebut.

 

Dan lihatlah, betapa cepatnya waktu berlalu.

Kini Aku berada di posisi wanita dewasa yang memandang dengan “hasrat ingin memiliki kembali” kulit-kulit gadis remaja yang “halus mulus tak bernoda” yang masif bertaburan di berbagai media sosial.

Berbagai “upaya” dilakukan untuk menghilangkan “dark spot” di wajah

yang entah darimana asal mulanya..

tiba-tiba mulai muncul menghiasi satu, dua, tiga..

membuatku jadi rajin berhitung!

Berbagai “treatment” mulai dipelajari agar wajah bisa bersih kembali.

Mencoba mengembalikannya agar seperti usia 30-an, 20-an, belasan..

Aku di usia panik!!

 

Hari Rabu, pagi ini,

Aku bercermin kembali

Melihat pantulan diri

Wajah yang sama ketika masih belia

Hanya garis dan tanda kedewasaan yang semakin diperlihatkan.

Mestinya… bukan musibah tapi anugerah!

Pengingat, alarm, hikmah tentang apa yang telah aku lakukan dalam “modal waktu” yang telah diberikan…

 

Video kiriman seorang teman tentang seorang lelaki sukses meskipun berada di atas kursi roda.

Dan dengan lantang memotivasi tentang “Jangan menyerah, terus berkarya, Sang Maha Penyayang tidak memberikan cobaan kecuali telah mempersiapkan pertolongan.”

Membuat aku merasa malu…

 

Mengapa hariku masih terlalu sibuk  dengan kegiatan menghitung noda di wajah?

Mengapa tidak dialihkan dengan mereview kembali usiaku sudah aku pergunakan untuk apa saja?

Bermanfaat bagi siapa, hanya untuk diriku? Untuk keluargaku? Untuk orang-orang terdekatku? Untuk warga sekitarku? Untuk siapa..???

 

Noda-noda apa saja yang telah aku tinggalkan di hati-hati keluargaku? Sahabatku? Rekan kerjaku? Orang-orang yang mungkin tidak mengenalku namun bisa saja pernah ternoda hatinya dengan tingkah laku, pemikiran, perbuatan, kebijakan yang aku lakukan??

 

Mengapa tidak fokus memperbaiki ruku’ dan sujudku..

Seberapa khusyu’ dan seringkah aku mampu lakukan?

Mengapa tidak mencoba menghitung jumlah hafalan surah dalam Alqur’an,

Di usia 40, apakah aku hanya masih berputar pada hafalan 3 surah pendek di akhir Al Qur’an?

 

Mengapa masih sangat senang menyimpan harta sendiri dan tidak menyegerakan diri berbagi

sedekah di kala lapang atau sempit.

Begitu sayang harta seolah-olah akan dibawa dan menemani hingga ke liang kubur nanti?

 

Mengapa hingga kini sangat kepo melihat, mengagumi bahkan kadang tersemat iri dengan kesuksesan orang lain?

Terlupa… Tuhanku memberikan bekal yang sama untuk semua manusia

Namun, masih saja menjadi penonton, menuggu mood yang entah ada dimana… dan tak juga  berkarya

Padahal sadar bahwa sukses tidak datang tiba-tiba…

 

Mengapa masih mencari pembenaran dari pandemi…

Dan memaklumi jika anak-anak kehilangan minat belajar dan penurunan prestasi?

Namun pasrah dan tak berkreasi dengan mencari metode pembelajaran untuk mengejar ketertinggalan?

 

Terlalu banyak mengapa.. mengapa??

Yang harusnya membuatku lebih peka,

Tentang banyaknya kekurangan dan kekhilafan diri sendiri…

 

——————————————————————————————————————————————-

——————————————————————————————————————————————-

——————————————————————————-

Yaa Rahiim.. Yaa Ghofur..

Apakah perjalanan hidupku Kau bicarakan dan banggakan di langit?

Ampuni.. ampuni.. ampuni…

Sibukkan Aku terlebih dahulu perbaiki diri dan menghapus bercak hitam di hati.

 

Sumber foto : Cover your face_Nae

Bagikan ..

Noor Fatimah

Bagikan ..