Artikel

Belajar Jarak Jauh dengan Modul
Siti Alimah, S.Pd, M.Si, Guru SDN Kelapa Dua Wetan 04 Pagi

Sabtu siang 14 Maret 2020, televisi menayangkan siaran pers Gubernur DKI  Anies Baswedan tentang pemberlakuan belajar di rumah 14 hari, bagi siswa di Jakarta. Penyebaran virus Covid-19 yang mulai mengkhawatirkan membuat para pimpinan mengambil tindakan cepat. Aku konfirmasi berita itu ke ibu kepala sekolah, namun beliau menyatakan menunggu arahan dari Dinas Pendidikan DKI.

Mulailah ramai beredar informasi aneka aplikasi pembelajaran  daring. Beberapa teman yang sudah terbiasa dengan senang hati berbagi pengalaman. Sempat terbetik pikiran untuk menggunakan aplikasi itu dalam pembelajaran jarak jauh di kelasku nanti. Namun setelah mempelajarinya, aku berpikir ulang.

Sebagian besar siswaku berasal dari kalangan menengah ke bawah. Jangankan menggunakan berbagai aplikasi, ponsel pun tidak semua punya. Aku temukan fakta itu di awal tahun pembelajaran  saat membuat grup WhatsApp. Pada saat pertemuan orangtua aku sampaikan pentingnya grup WhatsApp ini, dan mohon maaf karena membuat mereka jadi “dipaksa” mengusahakan ponsel agar tergabung dalam grup. Sampai akhir semester satu, ada empat orang tua yang tidak ada dalam grup. Sebagian lagi ponsel dibawa ayah, sehingga informasi tersampaikan saat sang ayah pulang mencari nafkah.

Jadi kuputuskan untuk tidak sepenuhnya menggunakan gawai  dalam pembelajaran jarak jauh nanti. Apalagi aku mengajar kelas satu SD yang masih sangat tergantung pada orangtua.  Aku memilih untuk membuat modul sederhana. Modul adalah suatu paket belajar yang berisi satu unit belajar, yang dapat dipelajari seseorang secara mandiri. Modul kususun berdasarkan RPP yang sudah kubuat sebelumnya, serta buku paket tematik yang sudah dibagikan kepada siswa. Selain itu, aku juga memanfaatkan artikel dan video edukasi dari internet sebagai sumber belajar pendukung. Video edukasi itu kukirim ke grup WhatsApp maupun melalui tautan (link).

Modul yang kubuat berisi tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran secara umum, dan petunjuk tugas yang harus dikerjakan setiap hari. Tugas harus dikerjakan sesuai tanggal. Langkah pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk menguasai kompetensi pengetahuan, tapi juga pembiasaan kompetensi sikap dan pengembangan kompetensi keterampilan. Contohnya, kegiatan membantu ibu memasak sayur sop. Tujuan pembelajaran kegiatan ini adalah menjelaskan manfaat tanaman di sekitarnya, mempraktikkan ungkapan/kalimat petunjuk, serta penerapan kerjasama antar anggota keluarga.

Aku juga menyisipkan kegiatan yang mengembangkan kecakapan hidup (life skills). Kecakapan yang bisa dikuasai siswa usia kelas satu biasanya berkaitan dengan kebersihan diri dan lingkungan.  Misalnya membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, serta merawat tanaman dan hewan peliharaan. Sesuai anjuran dari atasan,  kegiatan berkaitan dengan pencegahan penyebaran Covid-19 juga dimasukkan, misalnya praktik tujuh langkah cuci tangan dan berjemur pada pukul 10 pagi.  PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dilakukan setiap Sabtu pagi. Siswa dengan senang melakukan penyelidikan keberadaan jentik nyamuk. Ada yang bergaya dengan kaca pembesar, ada juga yang menggunakan senter. Kadang terhibur juga melihat gaya mereka.

Selain pembelajaran, kegiatan pembiasaan juga kutuliskan dalam modul. Setiap Jumat siswa Muslim melakukan kegiatan keagamaan sebagaimana dilakukan di sekolah, misalnya sholat Dhuha, membaca Al-Qur’an, dan bersedekah. Demikian pula siswa yang beragama lain, membaca kitab suci bersama keluarga. Sesudah itu berolahraga bersama keluarga.

Sesekali siswa diminta melaporkan kegiatan lewat foto. Mula-mula foto yang mereka kirim banyak sekali. Aku minta mereka membuatnya dalam  bentuk kolase. Bertambah lagi ilmu. Foto yang dikirim kukomentari saran atau penguatan. Kendalanya, ada beberapa siswa yang tidak mengirim karena tidak terakses inernet. Ada siswa yang cerdik, memanfaatlkan ponsel pinjaman milik tetangga. Ada juga siswa yang mengirim gambarnya menjelang tengah malam, menunggu si pemilik ponsel tiba. Demikianlah …. Jangankan pembelajaran online, yang offline saja tak semua bisa.

Namun, sebagian besar siswa terlihat antusias dengan tugas yang diberikan. Hal ini tampak dari ekspresi wajah mereka saat difoto. Bahkan ada yang merekam dalam bentuk video dan dijapri ke bu guru. Masyaallah.

Lalu, bagaimana cara mendistribusikan modul ini?

Senin, 16 Maret 2020, guru masih bekerja di sekolah. Pengurus kelas kuminta datang ke sekolah mengambil modul tema tujuh subtema tiga  untuk diperbanyak dan didistribusikan. Para orangtua datang mengambil ke rumah beliau. Bagi  siswa yang tidak tergabung dalam grup WhatsApp, pengurus kelas`mengantar modul ke rumahnya. Semoga Allah membalas kebaikan mereka.

Pekan kedua, para guru menjalani program WFH (Work From Home).  Dokumen modul subtema empat kukirim melalui WhatsApp kepada pengurus kelas. Beliau mencetak dan memperbanyak sejumlah siswa. Orangtua datang mengambil modul berikutnya sambil menyerahkan modul yang sudah dikerjakan. Modul yang sudah terkumpul dikirim lewat paket ekspedisi ke rumahku di Cileungsi. Modul itu kukoreksi dan kunilai. Selanjutnya kukirim ke Jakarta. Orang tua bisa mengambil berbarengan dengan modul berikutnya. Tentu saja saat pengambilan modul harus memperhatikan prosedur pencegahan penularan virus Corona. Kuminta orangtua mengganti baju dan cuci tangan dengan sabun saat kembali ke rumah.

Demikianlah pembelajaran jarak jauh yang  kulakukan sesuai dengan kondisi kelas. Mungkin tidak sekeren dan sehebat teman-teman guru yang bisa menjalankan pembelajaran jarak jauh melalui siaran langsung atau teknologi canggih lainnya. Semoga suatu hari nanti siswa kelasku siap melaksanakan pembelajaran daring.  Namun, yang terpenting bagiku siswa dapat belajar dalam suasana menyenangkan tapi tetap bermakna.

Hal ini terbukti dari testimoni para orangtua siswa yang kutanya. Tidak ada yang mengeluh tentang cara belajar jarak jauh yang kulakukan. Malah mereka menyampaikan komentar orang tua siswa sekolah lain, “Enak ya, pakai fokotopian…. Jadi engga ngabisin kuota.”

“Hehehe, khan masih kelas satu, jadi materinya belum terlalu berat seperti kakak kelas,” ucapku mendengar komentar itu.

Sebetulnya aku berdebar juga dengan cara yang kulakukan ini. Namun, kekhawatiranku sirna setelah membaca himbauan pejabat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang pembelajaran jarak jauh. Pertama, dilarang membebani proses belajar secara daring dengan capaian kurikulum. Kedua, materi dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, seperti tentang Covid-19. Ketiga, tugas dan aktivitas disesuaikan disesuaikan dengan kondisi siswa, seperti akses dan fasilitas.

Bersyukur ketiga hal tersebut sudah kupertimbangkan sejak awal membuat modul. Namun, pencapaian kurikulum tetap bisa dilakukan karena sebagian besar kompetensi dasar sudah diajarkan pada tema-tema sebelumnya.

Pandemi Covid-19 ini memang membawa suasana yang luar biasa di semua bidang, termasuk pendidikan. Sebagai pendidik kita punya tanggung jawab moral untuk mengajak siswa dan orangtuanya menjalani segala kesulitan ini dengan hati dan pikiran jernih. Jika kegiatan belajar yang kita lakukan memberatkan orangtua, dengan sendirinya akan memicu stres dan mempengaruhi daya tahan tubuh.

Kita juga punya kesempatan untuk mengedukasi siswa dan orangtuanya agar membantu pemerintah mengatasi masalah ini dengan segenap kemampuan. Maka manfaatkanlah peluang itu. Semoga pandemi ini cepat berlalu.

 

Siti Alimah, S.Pd, M.Si, mengajar di kelas satu sejak awal diangkat menjadi guru tahun 1997 di SDN IKIP Jakarta (sekarang jadi SDN Rawamangun 12 Pagi). Pengalaman mengajar selama 17 tahun di sekolah tersebut, banyak memberinya kesempatan mengembangkan model pembelajaran yang menarik. Tahun 2013 penulis mutasi ke SDN Kelapa Dua Wetan 04 Pagi. Pengalaman serunya dalam mengajar banyak dituliskan di laman Facebooknya, Siti Alimah Sofyan.

Bagikan ..

Eyoni Maisa

Bagikan ..