BELAJAR BERSAMA DALAM JARINGAN (BerBaRing): “Asesmen Diagnostik, Karena Setiap Anak Istimewa”
Oktora Melansari, S.Sos, MA
Pendidikan tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti akan ada hambatan dan kendala yang dihadapi baik dari sisi pendidik maupun peserta didik, terlebih di masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat ini. Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengenal kondisi awal siswa, sehingga guru akan lebih memahami bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing siswa. “Pemanfaatan asesmen diagnostik sebagai perbaikan pembelajaran”, tema yang sangat menarik bagi para guru ini menjadi topik pembahasan Belajar Bersama dalam Jaringan (BerBaRing) LPMP Provinsi DKI Jakarta pada Jumat, 3 September 2021.
Kegiatan yang dipandu narasumber Maulana, M.Pd dan moderator Endang Setiariny, S.Pd ini diikuti oleh 230 lebih peserta dari berbagai daerah secara daring. Materi yang meliputi pengertian, tahapan, strategi, dan tindak lanjut, disertai contoh-contoh pemanfaatan asesmen diagnostik di lapangan. Pemaparan materi secara jelas dan dikemas sangat menarik membuat peserta begitu antusias mengikuti kegiatan.
Bang Momol, demikian sang narasumber biasa disapa, menjelaskan bahwa asesmen diagnosis adalah asesmen yang meliputi aspek kognitif dan nonkognitif perlu dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kondisi siswa. Hasil asesmen memberikan dasar kepada guru untuk menetapkan perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing siswa. Sedangkan Remedial atau pengayaan yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasil asesmen, merupakan upaya untuk memastikan tidak ada siswa yang tertinggal atau dirugikan.
Asesmen diagnostik non-kognitif di awal pembelajaran dilakukan untuk menggali hal-hal seperti berikut:
- Kesejahteraan psikologis dan sosial emosi siswa
- Aktivitas siswa selama belajar di rumah
- Kondisi keluarga dan pergaulan siswa
- Gaya belajar, karakter, serta minat siswa
Sedangkan asesmen diagnostik kognitif bertujuan mendiagnosis kemampuan dasar siswa dalam topik sebuah mata pelajaran yang dilaksanakan secara rutin/berkala pada awal pembelajaran, di akhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain. Asesmen diagnostik dapat berupa asesmen formatif maupun asesmen sumatif. Satu hal yang perlu diingat adalah guru melakukan asesmen diagnosis kognitif untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum.
Penyajian materi dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif, pertanyaan disampaikan oleh peserta melalui kolom chat maupun secara langsung. Salah satu pertanyaan dari Sri Rezeki Sulantinah dari SLBN 7 Jakarta adalah menanyakan cara menerapkan asesmen diagnostik pada siswa SLB. Bang Momol menjawab bahwa konsep ini sebenarnya disiapkan oleh pemerintah untuk umum. Formatnya dapat dilakukan oleh semua jenjang, cara melakukannya bisa dengan media dan teknik apapun, dan tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi siswa saat itu. Usahakan untuk meluangkan penjadwalan untuk bertanya secara lisan kepada siswa.
Dengan mengikuti kegiatan ini kemudian menerapkan serta memanfaatkan asesmen diagnostik dalam pembelajaran, diharapkan dapat diperoleh perbaikan dalam pembelajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Kegiatan secara lengkap dapat disaksikan melalui kanal Youtube Official LPMP DKI Jakarta https://bit.ly/AsesmenDiagnostiksebagaiPerbaikkanPembelajaran .