Belajar Bahagia dalam Bencana Covid-19
Dewi Liyana Katili, SDN Batu Ampar 05 pagi
Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Baswedan, menghentak perhatian warganya. Dalam konferensi pers, beliau menyatakan untuk menutup semua sekolah yang ada di DKI Jakarta selama dua minggu serta menunda pelaksanaan Ujian Nasional. Alasannya adalah karena anak-anak tidak terjangkiti, tetapi akan menjadi carrier bagi virus Corona Covid-19. Dinas Pendidikan bergerak cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran No. 27 tahun 2020 tanggal 14 Maret 2020. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di rumah dengan cara “Pembelajaran Jarak Jauh” dari tanggal 16 s.d. 29 Maret 2020. Pendidik tetap masuk dalam melakukan layanan Pembelajaran Jarak Jauh dan melakukan pembersihan lingkungan.
Sontak setiap grup yang terkait dengan pendidikan dalam HP mulai dipenuhi dengan tips dan trik pembelajaran online. Link-link pembelajaran dibagikan secara berantai. Kepala sekolah memberi arahan untuk pembelajaran hari Senin. Peserta didik dan orangtua di grup WA kelas panik membombardir guru dengan pertanyaan yang hampir serupa.
Senin, 16 Maret 2020 pukul 06.15, sekolah yang biasanya hiruk pikuk yang khas tidak terlihat atau terdengar. Suasana jalan menuju sekolah sepi cenderung mencekam. Bisikan kami menggema. Di hari libur saat tugas piket, memang tidak ada kegiatan dan sepi, tapi tidak mencekam. Tangan yang biasa berjabat sesama rekan tertahan karena waspada.
Rapat koordinasi untuk menyamakan persepsi cara atau format yang akan digunakan oleh sekolah diadakan. Mengingat beberapa hal seperti terbatasnya ketrampilan menggunakan teknologi untuk beberapa orang guru serta keadaan peserta didik yang tidak seluruhnya memiliki gadget dan perangkat yang memadai, maka diputuskanlah pembelajaran jarak jauh lewat group WA kelas yang telah ada. Bagi guru yang ingin menambahkan dengan menggunakan aplikasi seperti quipper, google form ataupun quizizz diperkenankan asal tidak memberatkan atau menyulitkan peserta didik.
Materi pembelajaran jarak jauh juga mengambil kegiatan pada buku tema yang disederhanakan sehingga peserta didik tidak perlu keluar rumah untuk memenuhi atau melakukannya. Komunikasi dengan orangtua intens dilakukan agar pemahamannya sama. Sehingga peserta didik tidak rancu dalam memahami tugas yang harus dikerjakan.
Pada 17 Maret 2020, kebijakan berubah. Berdasarkan SE Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nomor 30 tahun 2020, guru dan tendik dibagi dalam piket dan selebihnya akan diberlakukan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Berbagai bentuk aturan untuk pelaksanaan WFH tersebut dibuat dan wajib dipahami oleh semua pihak. Laporan F1, F2 dan F3 serta Monev juga wajib diisi per hari dengan dilampirkan foto-foto kegiatan pembelajaran di rumah.
Minggu pertama Program Pembelajaran Jarak Jauh dan WFH mendatangkan gelombang keluhan dari masyarakat terutama orangtua siswa yang kewalahan menjadi “guru dadakan”. Ada orangtua yang akhirnya lebih menghormati dan menghargai tugas guru. Namun tak sedikit yang mencibir dengan mengatakan bahwa guru saat PJJ tidak bekerja namun tetap digaji. Anak-anak mengeluhkan cara mamanya yang tidak sabaran dan galak menghadapi mereka belajar. Mulai berteriak bosan dan rindu sekolah.
Sebagai guru kelas 6, yang telah menyelesaikan seluruh pelajaran dan sudah menyelesaikan Penilaian Akhir Tahun di minggu sebelum PJJ, saya memberikan latihan soal untuk persiapan Ujian Sekolah yang akan peserta didik hadapi jika keadaan kondusif. Selain latihan soal, juga memberikan link konten pembelajaran yang berhubungan dengan materi kisi-kisi soal US.
Minggu kedua mulailah para guru mendapat arahan dan wejangan berbagai pihak untuk tidak memberikan tugas yang berlebihan, yang membuat anak-anak dan orangtua stress serta membuat mereka pergi keluar rumah untuk mengerjakan tugas dari guru. Tugas-tugas dari guru dianggap dapat menurunkan immun tubuh.
Pemberian tugas lebih banyak menguatkan pembiasaan dengan salah satu uraian tugasnya yaitu membentuk karakter religius dengan shalat dhuha dan membantu pekerjaan orangtua di rumah. Orangtua menyambut baik dan mulai berdamai dengan rutinitas baru, mendampingi anak belajar dirumah berkoordinasi dengan ibu bapak guru.
Pada akhir minggu kedua pelaksanaan Home Learning, mulai ada penegasan dan penguatan dari Kabid SD dan PKLK Disdik Provinsi DKI Jakarta. Home Learning tidak menuntut nilai, tidak mengejar ketercapaian kurikulum dan difokuskan pada kegiatan yang menyenangkan, bermakna disertai dengan sosialisasi pencegahan dan penanganan penyebaran virus Corona Covid-19. Alhamdulillah sudah dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah kami sebelumnya.
Salah satu kegiatan pembelajaran di rumah sesuai dengan arahan tersebut saya memberikan tugas yang fleksibel dilakukan peserta didik, yaitu bermain peran menjadi presenter dan membuat gambar iklan layanan masyarakat serta puisi tentang Corona atau Pembelajaran Jarak Jauh.
(1) (2) (3)
Keterangan :
- Membuat iklan layanan masyarakat yaitu ajakan agar tetap berada di rumah berupa gambar.
- Membuat iklan layanan masyarakat yaitu ajakan agar tetap berada di rumah berupa video.
- Bermain peran sebagai reporter tentang Pembelajaran Jarak Jauh
Kegiatan (1) dan (2) dibuat sebagai pilihan untuk anak lebih mengeksplor bakat yang dimilikinya. Peserta didik merencanakan atau menyusun skenario untuk iklan tersebut. Dan mereka bisa mengajak atau bekerjasama dengan anggota keluarga yang lain. Untuk peserta didik yang memiliki bakat menggambar, maka bisa memilih mencurahkan idenya dalam gambar. Kegiatan ini membuat anak dan anggota keluarga yang lain bersemangat dan terhibur. Ketika mengajak orang lain untuk tetap berada di rumah, mereka terstimulus juga melakukannya. Karena saat mencari ide, mereka mengedukasi diri dengan materi “Mengapa harus Tinggal di Rumah saja”. Saya mendokumentasikan laporan video mereka ke dalam chanel youtube https://www.youtube.com/channel/UCw-AFbxw5cex82NN9kbDvQA
Kegiatan (3) yaitu bemain peran menjadi presenter. Peserta didik diminta membuat daftar pertanyaan dan melakukan wawancara terhadap salah satu anggota keluarga tentang kesan-kesan selama pembelajaran jarak jauh. Durasi videonya dibatasi selama kurang atau sama dengan 1 menit. Peserta didik terlihat menikmati kegiatan tersebut bersama anggota keluarga yang lain. Orang tua juga senang atas ide kreatif yang mengeksplor bakat minat anak karena tidak melulu dijejali soal-soal kognitif.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Home Learning (HL) tidak harus menggunakan aplikasi yang canggih. Fokus pada tujuannya, yaitu anak belajar di rumah, memahami keadaan dengan mengeksplor yang diketahui tentang Corona Covid-19 lewat puisi, gambar ataupun bermain peran sebagai reporter atau bintang iklan layanan masyarakat dan tidak lupa menguatkan karakternya lewat pembiasaan religius yaitu shalat dhuha dan membantu orang tua.
Bukan aplikasi keren tapi ide kreatif kita sebagai guru yang diuji untuk membelajarkan anak di rumah dengan memperhatikan keadaan dan kemampuan peserta didik. Anak mengerjakan dengan senang dan bahagia. Orangtua juga tidak stress karena terbebani dengan tugas tambahan menjadi guru di rumah.
Tidak mudah membuat semua bahagia. Tapi betapa bahagianya melihat semua bahagia dengan apa yang kita upayakan. Sehingga kita akan terus semangat mengupayakannya. Semoga Allah melindungi kita semua dan bencana ini cepat berlalu. Aamiin
Dewi Liyana Katili, mengajar di SDN Batu Ampar 05. Telah menulis buku “Guru Sebagai Panggilan Jiwa” tahun 2017. Dapat mengirimkan kesan, kritik dan saran ke IG dan facebook Dewi Liyana Katili atau ke email dewikatili@gmail.com. Kunjungi channel youtube nya di https://www.youtube.com/channel/UCw-AFbxw5cex82NN9kbDvQA
meneropong sekilas percakapan di grup whatsapp….