ADA APANYA, ATAU APA ADANYA?
Weww… baca judul artikel begini isinya tentang apa sih?!
Masih tentang kisah hidup kita, yang esok bisa dicerita dengan sejuta kepingan rasa. Seperti film ‘Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini’ yang bilang kalau hidup itu adalah pentas drama. Ada kisah tentang patah, tumbuh, jatuh, gagal, berkembang, hilang, menunggu, bertahan, berubah, pergi atau tentang terlupakan. Banyak lagi cerita dalam hidup. Semua peristiwa yang pada akhirnya akan menjadi cerita bagi pemiliknya, bagi pemerannya, bagi siapa pun yang merasa dekat dengan ceritanya.
Tulisan ini semacam petikan cerita, tentang seseorang di dalam waktu, menempuhi perjalanan hidup, dan menuai akhirnya.
Seseorang dalam sepotong waktu
Jika ruh seseorang itu diibaratkan sebuah Ferrari dan waktu adalah bahan bakarnya, begitulah seseorang dalam sepotong waktu, akan hidup dan tamat pada waktu yang telah dicukupi untuknya. Ini tentang apa yang terjadi dalam diri seseorang dalam menempuhi waktu hidupnya
Menemui diri kita tumbuh, berkembang, berubah dan berjaya mungkin saja. Mungkin juga diri beradu jatuh, gagal, patah, dan bertahan ataupun hancur berserakan adalah kemungkinan-kemungkinan lainnya. Hingga dalam jatah waktu yang Tuhan titahkan, seseorang akan menjadi kenangan ataupun terlupakan oleh lingkungan, itulah tulisan buku kehidupan manusia yang jadi tinggalan dunia.
Lalu kita bertanya pada diri, mau jadi apa dan bagaimana menempuhi waktu? Menjalaninya dengan menjadikan hidup ada apanya, atau berserah pada pasrah menjadi apa adanya. Itu pilihannya. Keduanya punya konsekuensinya.
Makna waktu dari sebuah perjalanan
Kembali jika waktu adalah Ferrari dan perjalanan adalah bahan bakarnya, begitulah waktu kehidupan berjalan menuju akhir tujuan yang telah digariskan. Ini tentang waktu merambati jalan menuju titik tempuh terakhirnya.
Waktu yang diwujudkan dalam detik hingga hari, yang bergulung menjadi minggu lalu tahun, bukan semata hitungan masa yang disebut usia. Namun lebih dari itu, waktu adalah kendaraan untuk meraih apa-apa yang dicita-citakan. Segala tujuan hidup yang kita perjuangkan rasionalnya memuat perhitungan waktu dalam mewujudkannya, sehingga tidak tenggelam menjadi wacana yang tak pernah ada nyatanya.
Memaknai waktu dengan membuatkan ada apanya atau melewati waktu dengan apa adanya saja adalah pilihan bagi setiap jiwa. Pada akhir usia, bagaimanapun wujudnya, setiap orang akan mencipta pencapaian di akhir perjalanan hidupnya. Pembedanya adalah nilai dari pencapaiannya.
Menuliskan sebuah akhir
Hitam-putihnya dunia, atau riang dan meriangnya jiwa adalah sebuah kenyataan hidup yang mungkin akan ditempuhi semua. Tak perlu menjadi over dalam merasa, menjadi kelewat bahagia atau berlebihan dalam duka lara, sewajarnya saja. Lebih bagus jika hati dan pikiran disibukkan dengan memetik hikmah dari setiap takdir yang dihadapkan, dan jiwa dikuatkan untuk terus membuat perbaikan. Hingga jika ajal menjemput sebagai akhir kita, tak banyak sesal yang tak lagi berguna.
Pada akhirnya, teruslah berupaya agar semua peristiwa menjadi cerita terbaik kita. Yang menjadi kebaikan bagi siapa saja yang membersamainya. Semoga Tuhan mudahkan cita-cita kita untuk menjadi ciptaan-Nya yang mulia.
Ada apanya atau apa adanya bukan semata retorika kata, tapi pengingatan penuh cinta untuk tegar memperjuangkan kebaikan hidup semaksimalnya sebelum mereda pada pilihan berpasrah saja.
ak/9 Desember 2020